Pesawaran, sinarlampung.co-Aliyan (68), warga Dusun Siuncal, Desa Pulau Legundi, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, tewas dihakimi warga hingga tewas. Warga kemudian memasukkan jasadnya ke dalam karung, lalu diikat pemberat dan di buang ketengah laut, Sabtu 15 Maret 2025 malam.
Kasusnya kini ditangani aparat kepolisian. Lebih dari 40 orang sudah diminta keterangan. Polisi juga masih kesulitan mencari jenazah korban. Kasus itu terungkap setelah video diduga warga mengangkut jasad korban dengan karung dan akan di buang kelaut. Vidio yang direkam warga diam-diam itu viral diunggal di TikTok.
Informasi di Pulau Legundi, menyebutkan peristiwa itu bermula dari perselisihan antara Aliyan dan Saparudin (38), yang ternyata masih keponakannya, perihal bau tidak sedap dari kandang kambing milik korban yang dianggap mengganggu.
Malam itu, Aliyan dan Saparudin terlibat adu mulut dan terlibat keributan. Aliyan mendatangi Safarudin dengan membawa golok. Lalu terdengar istri Saparudin berteriak bahwa suaminya hendak “digorok” oleh Aliyan. Warga berdatangan melihat Saparudin mengalami luka di bagian kepala dan tangan akibat sabetan senjata tajam.
Warga yang ramai mencoba melerai keributan itu. Namun situasi berbalik, Aliyan justru terlibat keributan melawan warga. Aliyan akhirnya menjadi bulan-bulanan warga dan Aliyan terkapar tak bernyawa. Warga kemudian bersama-sama membawa jasad korban ke dermaga, memasukkannya ke dalam karung, menambahkan pemberat batu, dan menyeretnya ke laut menggunakan dua perahu.
Kasus itu baru terungkap setelah Arina (40) putri Aliyan melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Dalam laporannya, dua nama mencuat sebagai terlapor utama, yakni Saparudin dan Usup (50). Keduanya merupakan warga desa yang sama dengan korban. Surat Tanda Penerimaan Laporan oleh keluarga Aliyan telah diterbitkan, ditandatangani oleh Aiptu Slamet Puroyo SH, Kepala SPK “A” Sektor Padang Cermin.
Kapolsek Padang Cermin, AKP Agus Jatmiko, membenarkan laporan kejadian ini dan pihaknya sudah memeriksa puluhan saksi. “Sudah sekitar 35 orang kami periksa. Dugaan awal, korban membacok keponakannya terlebih dahulu, lalu warga bereaksi. Tapi yang jelas, peristiwa ini berubah jadi tindakan di luar kendali,” kata Agus Jatmiko, Sabtu 5 April 2025.
Menurut Kapolsek, bahwa pencarian jasad korban terkendala cuaca ekstrem. “Angin barat malam itu sangat kencang, kemungkinan besar jasad korban terseret ke laut lepas. Hingga hari ini, belum berhasil ditemukan,” ungkapnya.
Polisi kini terus menggali fakta dan mendalami siapa saja yang terlibat langsung dalam kasus yang teregistrasi dengan nomor: No LP/ B/24/III/2025/SPKT/POLSEK PADANG CERMIN/POLRES PESAWARAN/POLDA LAMPUNG. Hingga kini ketegangan masih menyelimuti kampung di pulau itu. Sudah 14 hari kasusnya belum satu orangpun yang dtangkap polisi,
Keterangan Anak Aliyan
Arina (40), anak dari Aliyan , korban dugaan pengeroyokan hingga tewas di Desa Legundi, mengaku mendapat tekanan dari oknum Ketua RT setempat agar kasus kematian ayahnya tidak diperpanjang secara hukum.
Kepada wartawan Arina mengungkapkan bahwa dirinya menyaksikan sejumlah pria yang diduga pelaku membawa karung dan tali berisi jasad ayahnya, lalu membuangnya ke laut sekitar pukul 21.00 WIB. Peristiwa itu ia lihat dari jendela rumah.
“Saya tidak melihat langsung saat orang tua saya dikeroyok dan dibunuh, tapi saya melihat para pelaku membawa karung dan tali, lalu membuang jasadnya ke laut,” ujar Arina, Minggu 6 April 2025.
Arina menyebut nama-nama yang dikenalnya sebagai terduga pelaku, yakni Oman, Tuni, Rohili, Heri Bom-bom, dan Parid. Arina mengaku mengenali mereka saat jasad sang ayah dibawa ke laut. Tak lama setelah kejadian, Arina mengaku didatangi oleh Ketua RT 02, Alfian, dan Ketua RT 03, Wahab, di Pulau Selesung. Keduanya, kata Arina, meminta agar kasus tersebut tidak diperpanjang dan diselesaikan secara kekeluargaan.
“Mereka bilang mau bantu buat acara tujuh hari dan empat puluh hari, katanya bukan nyogok, tapi bentuk bantuan. Mereka tawarkan uang sekitar Rp5 juta sampai Rp10 juta. Tapi saya tolak. Saya hanya ingin keadilan,” jelasnya.
Arina kini menuntut keadilan dan mendesak agar aparat penegak hukum, mulai dari Polsek Padang Cermin, Polres Pesawaran, Polda Lampung turun tangan mengusut tuntas kasus ini. “Kami minta keadilan. Kami mohon kepada pihak kepolisian dan Bapak Presiden Prabowo agar para pelaku segera ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.
Kepala Desa Legundi, Kohidir, mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui kronologi kejadian tersebut secara langsung, karena pada saat itu ia sedang dalam kondisi sakit dan berada di luar kota untuk melakukan pengobatan terapi.
Menurutnya, dari laporan bahwa peristiwa tragis ini bermula dari salah satu warga yang menegur bau tak sedap yang berasal dari kandang kambing milik seorang warga, tak lama kemudian terjadilah insiden pembunuhan yang kemudian mayat tersebut di duga dibuang ke Laut.
Kades mengaku sudah memberikan mandat ke Kholili sebagai Kaur Umum (KU) agar membantu pihak penyidik ke TKP mewakilinya, dan mempercayakan sepenuhnya proses penyidikan kepada pihak kepolisian, yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk pengumpulan bukti.
“Saat kejadian saya sedang sakit, jadi saya tidak tahu secara detail apa yang terjadi. Namun, saya yakin pihak Polsek Padang Cermin dan Polres Pesawaran sudah bekerja keras untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan ini,” ujar Kohidir.
Kohidir mengingatkan agar masyarakat Desa Legundi tetap tenang dan menjaga kerukunan. “Desa Legundi adalah wilayah yang dikenal dengan potensi pariwisata yang baik. Kami tengah berupaya keras untuk membangun dan menjaga keberlanjutan sektor wisata di desa ini. Jangan sampai kejadian ini merusak citra desa kita yang sudah dikenal aman dan damai,” ujarnya.
Kohidir berharap agar kejadian ini tidak mempengaruhi hubungan antar warga, dan semua pihak tetap menjaga kedamaian. “Mari kita jaga kerukunan dan kedamaian di desa ini. Kita harus bersatu untuk menjaga desa kita tetap aman dan nyaman, serta membangun pariwisata yang lebih baik di masa depan,” katanya. (Red)