Serang, sinarlampung.co – Pengelolaan lahan alun-alun Kota Serang, termasuk penyewaan lahan, parkir, dan berbagai kegiatan di lokasi tersebut, menuai pertanyaan dari Ketua LSM AMOK BANTEN, Tubagus Aji. Ia menyoroti pemanfaatan lahan alun-alun yang dinilai kurang optimal setelah dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang.
“Alun-alun Kota Serang terlihat semerawut, dan ada beberapa kejanggalan dalam pengelolaan parkir di sana,” ujar Aji. Ia menambahkan bahwa informasi yang diterimanya menyebutkan bahwa pemasukan dari parkir seharusnya masuk ke Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Serang, meskipun lahan tersebut kini berada di bawah pengelolaan Dinas Lingkungan Hidup.
Aji berharap pihak Kejaksaan Tinggi dapat menelusuri dan mengidentifikasi akar permasalahan ini dengan dasar dan data yang kami miliki.
Ia juga menjelaskan bahwa sebelumnya lahan alun-alun dikelola oleh Dinas Perumahan Rakyat, namun kini telah beralih ke Dinas Lingkungan Hidup. “Kami sebagai masyarakat Kota Serang berpikir apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dinas Lingkungan Hidup meningkat atau justru menurun. Pemasukan dari proyek, seperti Cilowong yang merupakan tempat pembuangan sampah, seharusnya berkontribusi, meskipun ada informasi bahwa proyek tersebut dikelola oleh oknum di dinas,” ungkapnya.
Aji menyampaikan kekhawatirannya kepada warga Kota Serang terhadap potensi penghematan, seperti pada penyewaan lahan stadion yang sebelumnya terjadi. “Saya sudah berkoordinasi dengan Kepala Bidang Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang, Pak Saifudin, dan dia menyatakan melalui WhatsApp bahwa dia tidak ingin terlibat karena akan segera pensiun. Saya juga menghubungi Kepala Dinas, Bapak Farah Rici, tetapi tidak mendapatkan jawaban,” tuturnya.
Lebih lanjut, Aji menafsirkan apakah lahan alun-alun di Kota Serang dijadikan markas pungutan pembohong atau tempat bagi-bagi lahan. “Sangat aneh jika Kepala Dinas Farah Rici tidak menjawab pertanyaan masyarakat. Saya bingung, apakah dia benar-benar menjabat sebagai Kepala Dinas atau hanya sekedar dipajang,” kata Aji dengan nada skeptis. (Suryadi)