Bandarlampung, sinarlampung.co – Kakek Suparman (75) yang setiap harinya menunggu warung gerobak di pojokan Toko Sepeda Poligon, tak pusing memikirkan urusan hidup. Baginya di usia senja kesehatan adalah yang paling utama.
Pria yang mengaku asli suku Betawi ini, terlihat masih bugar dan kesehatannya pun tampak tak bermasalah. Indera pendengaran, penglihatan, daya ingat, dan respon otak, serta gaya komunikasinya masih sangat baik.
Kakek kelahiran DKI Jakarta, 1949 ini mengaku merantau ke Lampung sejak 1963 saat usianya 13 tahun. Kakek Suparman pertama kali menapakkan kakinya di Kotabumi, Lampung Utara. Saat itu Kakek Suparman diberikan opsi oleh kerabat yang membawanya ke Lampung, antara memilih sekolah atau bekerja. Kakek Suparman memilih bekerja ketimbang meneruskan pendidikannya. Hingga akhirnya kakek Suparman menjadi pedagang mandiri lalu hijrah ke Bandarlampung, beristri dan dikaruniai dua orang anak dan tiga cucu.
“Waktu itu, kan ditawarin buat nerusin sekolah. Kebetulan dulu mau masuk kelas enam SD. Cuman karena malu, akhirnya milih kerjaan. Alasannya dulu kan badanku gede sendiri daripada bocah-bocah yang lain. Ya akhirnya milih kerjaan, ngikutlah dagang di pasar. Begitu udah bisa dagang akhirnya coba sendiri, ya alhamdulilah sampe sekarang,” kata kakek berpostur kurus tinggi dan berkopiah hitam ini di warungnya, Jalan R.A. Kartini, Tanjungkarang Pusat, Bandarlampung, Rabu 3 Juli 2024, sekitar pukul 15.00 WIB.
Kakek Suparman melanjutkan, sekarang ini laba sedikit dari hasil menjaga warung baginya sudah cukup. Kakek Suparman menganggap berdagang menjadi hiburan sekadar mengisi di masa senja, daripada hanya berdiam diri di rumah yang membuatnya cenderung bosan.
“Ya dagang ini, per harinya kadang cuman untung 20 ribu, kadang 30 ribu, paling gede itu pas lagi hoki-hokinya ya 300 ribu. Tau sendiri yang didagangin cuman kopi ama rokok ketengan (batangan). Berharap kaya atau dapet untung gede dari dagang ya enggak. Itung-itung hiburan,” ucap kakek Suparman tertawa dan memamerkan giginya yang tak utuh lagi.
Lebih jauh, Kakek yang mengaku bertempat tinggal tak jauh dari Toko Sepeda Poligon tersebut, sedari kanak-kanak, tidak pernah terbesit di benaknya akan cita-cita. Dia berprinsip dalam hidupnya tak ingin terlalu bergantung dengan cita-cita. Dia mengatakan kondisi fisiknya yang saat ini masih prima buah dari tidak terlalu memusingkan cita-cita, Terlebih berkeinginan untuk bergelimangan harta.
Kakek Suparman sangat setuju dengan kalimat motivasi “Gapailah Cita-cita Setinggi Langit”. Bahkan dirinya tak memungkiri jika bercita-cita itu sangat penting dalam hidup. Namun, kata dia, cita-cita tanpa doa dan usaha hanyalah pekerjaan sia-sia dan khayalan belaka.
“Mending hapus aja cita-citanya, kalo gak mau berdoa dan berusaha. Doa aja gak cukup kalo gak sama usaha. Emang ada misal lagi doa gitu, pookkk duit segepok jatoh dari langit,” tegas kakek Suparman yang juga bekerja sebagai juru parkir ini.
Dalam hal ini, kesehatan Kakek Suparman tetap terjaga karena dirinya menerapkan sebuah pola, yakni tidak terlalu bergantung pada sesuatu. Sebab, kata dia, memikirkan sesuatu yang berlebihan akan membuat seseorang stres. Sehingga, berdampak pada kesehatan mental dan fisik.
“Kan banyak tuh, orang-orang cita-citanya kepengen kaya, harta di mana-mana. Tapi gak berusaha, itulah yang bisa bikin kita stres. Pikiran stres unjung-ujungnya lari ke badan, terus jadi penyakit. Tau sendiri kan biaya berobat sekarang ga murah. Penyakit itu terkadang datengnya dari pikiran. Makanya kita kudu bersyukur dengan apa yang ada dan satu lagi selalu bahagia,” ucap Kakek Suparman.
Selain selalu bahagia dan tak terlalu memikirkan cita-cita, pendukung kesehatan Kakek Suparman adalah aktif olahraga. Bahkan kakek Suparman mengaku tidak terkena penyakit apapun di usianya yang hampir kepala delapan, lantaran rutin berolahraga.
“Minimal seminggu sekali itu ikut senam. Walaupun umur udah segini tapi gak mau di rumah dan jenuh juga. Mending gerakin badan. Biar kata udah keriput udah tua, tapi mata, telinga, badan kudu oke,” ucap Kakek Suparman yang mengaku pernah mendapat program umrah gratis dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung ini.
Bahkan saking kagumnya dengan kesehatannya, tak sedikit para pejabat Lampung kerap mengajak Kakek Suparman berfoto. “Kayak Gubernur Arinal itu pernah ngajak foto bareng pas senam dan gitu juga pejabat laennya. Mereka itu heran, udah tua kok masih oke,” candanya.
Meski tergolong lanjut usia, Kakek Suparman seolah menolak tua. Kesehatan dan stamina yang masih prima membuatnya selalu semangat menjalani kehidupan dengan modal usaha, doa, dan bahagia. Hal ini menjadi jurus bagi Kakek Suparman untuk menolak tua, meski usainya lansia. (Tam/*)