
Antraks Serang Gunung Kidul, Tiga Warga Meninggal Dunia 93 Lainnya Dinyatakan Positif
Jakarta (SL) –Tiga warga Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilaporkan meninggal dunia karena Anstrak. Selain tiga warga yang meninggal, 93 orang warga lainnya dinyatakan positif terjangkit penyakit yang ditularkan melalui hewan ternak tersebut.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, peristiwa meninggalnya tiga warga Gunung Kidul diduga akibat mengonsumsi daging sapi saat perayaan Idul Adha lalu. Hal ini menjadi indikator, sebab Gunung Kidul termasuk wilayah endemi antraks. Terhadap kasus ini, pihak Kemenkes masih melakukan penyelidikan.
“Kalau kasus meninggal ada tiga orang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Kemenkes masih melakukan penyelidikan epidemiologi kasus tersebut,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi melalui keterangan persnya di Jakarta, Selasa 4 Juli 2023.
Melansir Asumsi, Proses penyidikan yang dilakukan Kemenkes terhadap kasus antraks ini tidak hanya dilakukan di Kecamatan Semanu, melainkan juga di Kecamatan Karangmojo untuk mengukur sebaran, hingga penyebab pasti penularan virus.
Hingga saat ini terkumpul 93 pasien positif antraks di wilayah tersebut berdasarkan hasil tes serologi. Sedangkan, hasil pemeriksaan terhadap seluruh kasus meninggal melalui genom sekuensing menunjukkan hasil positif antraks.
“Dalam pemeriksaan, menunjukkan hasil positif antraks di dalam tubuhnya. Kasus antraks di Gunung Kidul merupakan kasus perdana pada tahun 2023 setelah di tahun sebelumnya dilaporkan nihil. Sejauh ini baru kasus di Gunung Kidul yang terjadi pada tahun ini, dengan total 93 positif serologi dan kami masih melakukan penyelidikan epidemiologi,” ujarnya.
Nadia menambahkan sebagian pasien masih ada yang dirawat dan sebagian lainnya, sudah dinyatakan sembuh. Adapun alasan sapi yang dikonsumsi bisa terserang penyakit, salah satunya karena tertular saat memakan rumput yang mengandung virus antraks.
“Ada juga kemungkinan virus antraks yang selama ini mengendap di bawah tanah terangkat karena aktivitas penggarap, sebab antraks bisa bertahan hidup lama di permukaan tanah,” ucap Nadia.
Dirinya pun mengimbau masyarakat agar semakin selektif untuk memilih kualitas daging sapi, khususnya yang berasal dari peternakan di perkebunan endemi antraks.
“Aktivitas beternak dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti sepatu boot, sarung tangan, hingga pakaian yang menutup seluruh bagian tubuh,” imbuhnya. (***)