Bandarlampung (SL) – Diantara 31 calon anggota DPD yang sudah menyerahkan berkas dukungan ke KPU Lampung, dr.Jihan Nurlela termasuk salah satu kandidat yang banyak menarik perhatian. Selain masih muda, berusia 24 tahun, berprofesi sebagai dokter, cantik, dan ternyata belakangan diketahui, dr.Jihan adalah adik Hj.Chusnunia Chalim,Ph.D yang juga Ketua DPW PKB Provinsi Lampung.
Diwawancarai awak media, Sabtu, 28 April 2018 di Pizza Hut, Bandarlampung, dr.Jihan Nurlela berkisah tentang masa kecilnya. Menempuh pendidikan di sekolah dasar Sumberrejo, lalu di SMP Waway Karya, membuat dirinya memahami kehidupan warga desa. Khususnya tentang suasana perdesaan dan terbatasnya sarana pendidikan serta kesehatan masyarakat.
“Saya bersyukur merasakan pernah sekolah di desa, di desa itulah saya tahu problem utama masyarakat. Antara lain soal keterbelakangan. Terutama di bidang pendidikan dan kesehatan,” kata Jihan.
Namun demikian, diakui Mbak Lala, panggilan akrab Jihan Nurlela yang baru menamatkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Unila 2017 ini, dirinya merasa sangat beruntung. Sebab, kakaknya, Hj.Chusnunia, Ph.D lebih dulu sukses menyelesaikan study hingga program doktoral di University of Malaya dan tergolong moncer dalam karier di jalur politik. Sehingga, membuat Jihan merasa lebih mudah menapaki jenjang sekolah maupun ketika berusaha menempuh jalan politik.
Sudah sejak lulus SMP, dirinya mengikuti jejak sang kakak. Yakni, meneruskan ke SMA Mayong, Jepara sekaligus memperkaya khasanah keagamaan di Ponpes Al Hidayah, Lasem.
Bedanya, dibanding jalur partai politik seperti kakaknya, Jihan merasa jauh lebih nyaman ketika masuk jalur perseorangan sebagai langkah awal untuk mengabdi di tengah masyarakat.
“Lebih sreg dan nyaman di jalur perseorangan seperti DPD, bukan berarti anti partai politik, hanya agar bisa lebih luas berkiprah. Bisa lintas parpol dan tidak melulu bersifat partisan,” ujar dia.
Diketahui, Nunik, sapaan akrab Hj.Chusnunia, Ph.D. Rampung di strata satu dengan gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI), Bupati Lampung Timur yang kini maju sebagai calon wakil gubernur Lampung 2018 nomor urut tiga ini memilih berkiprah di politik mulai dengan bergabung di Partai Kebangkitan Bangsa.
Aktif di PKB, jadi anggota DPR RI dalam rentang usia yang masih sangat muda, Nunik tetap menempuh pendidikan di UI dan Unas untuk meraih gelar Master Ilmu Politik dan Master Kenotariatan. Sementara Jihan Nurlela, memilih konsen di bidang kesehatan. Kuliah di fakultas kedokteran.
“Jadi dokter itu jadi cita-cita aku sejak kecil,” ucap dia.
Menjadi dokter, selama ini sangat terkenal memiliki diktum yang memang sering dicita-citakan anak kecil namun sulit diwujudkan. Selain butuh pemahaman dan kecerdasan, kuliah kedokteran masuk kategori mahal di banding kuliah di jurusan lain.
“Aku anak Kiai di kampung, petani yang bisa dibilang biasa saja tapi bisa selesai kuliah di kedokteran, tentu sebuah kebanggaan tersendiri,” katanya.
Pilihan jadi calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari dapil Lampung pada Pemilu 2019 ini tentu bukan keputusan sederhana. Melainkan, sebuah permenungan yang cukup lama. Selain tekad untuk mengamalkan ilmu dan demi bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Lala, selama ini ada kesan DPD itu hanya jadi lahan buangan. “Calon yang sudah kalah di Pilkada, sudah pensiun atau mulai tersingkir di kursi parpol, baru maju di DPD. Padahal mestinya tidak boleh main-main. DPD itukan lembaga negara yang punya kewenangan sebagai utusan daerah, harusnya orang yang punya komitmen dan semangat untuk mengabdi,” kata dia.
Pernah ikut di Simposium and Dry Workshop Managemant of Fluid Therapy membuat Lala semakin yakin, ilmu kedokteran selama ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“Intinya sih, kita butuh percepatan pemahaman, butuh regulasi, kesadaran pemerintah baik di eksekutif maupun legislatif yang di dalamnya ada orang yang, minimal tahu dasar-dasar ilmu kesehatan,” kata dia yang mengaku bakal konsen di bidang kesehatan masyarakat dengan tetap menekuni dan mendalami profesi dokter.
Dengan jadi DPD, terlebih di usia yang masih tergolong muda, menurut dia, bisa meningkatkan kapasitas keilmuan diri sekaligus mengabdi di tengah masyarakat. “Tagline saya, tidak muluk-muluk. Cukup masyarakat sehat terutama masyarakat desa jangan sampai banyak kasus stunting,” pungkasnya.(*)