Lampung Utara (SL)-Tingkat kemiskinan yang ada di Kabupaten Lampung Utara, secara faktual, memberikan dampak menurunnya tingkat kesehatan masyarakat dan meningkatnya degradasi moral warga.
Hasil penelusuran sinarlampung.com di Desa Tulangbawang Baru Kecamatan Bungamayang, kabupaten setempat, Kamis, (25/01/2018), menemukan dua warga dalam kondisi memprihatinkan.
Adalah Sonem, (40), warga Dusun I RW 02 Desa Tulangbawang Baru Kecamatan Bungamayang Kab. Lampura, gadis penderita polio sejak usia balita.
Diceritakan Wawan (33), adik ipar Sonem, kondisi disabilitas yang disandang Sonem bukanlah penyakit yang diidapnya secara genetik.
“Mulanya Ayuk Ipar saya waktu berusia balita terkena demam. Ketika itu oleh dokter, ia disuntik. Bukannya sembuh dari demam, Ayuk saya ini malah bertambah parah dan hingga sekarang kondisinya seperti ini. Menurut keterangan medis, penyakit yang diderita Ayuk saya ini sudah permanen. Tidak dapat dinormalkan kembali,” tutur Wawan, Kamis, (25/01/2018), di kediamannya.
Sonem merupakan putri pertama dari pasangan Sukino dan Sariyem yang berprofesi sebagai petani tebu. Meski hidup dalam tingkat ekonomi pra-sejahtera, mereka begitu menyayangi Sonem.
Meski demikian, sampai berita ini dirilis, pihak pemkab setempat belum pernah memberikan santunan maupun tali asih kepada keluarga Sonem guna meringankan himpitan ekonomi serta sebagai bentuk kepedulian sosial kepada warga Lampura yang hidup dalam garis kemiskinan.
“Kami sangat berharap agar pihak Pemkab. Lampura dapat memberikan bantuan kepada Sonem sebagai bentuk kepedulian kepada warganya yang menderita disabilitas,” harap Wawan.
Selain Sonem, Desa Tulangbawang Baru juga menyimpan satu kisah kepiluan yang dialami keluarga Santoso, warga Dusun IV RK 04.
Keluarga pra-sejahtera yang mendiami rumah papan berlantai tanah ini mengalami kejadian tragis yang menimpa Melati (bukan nama sebenarnya), putri sulungnya.
Di pertengahan tahun 2017, Melati menjadi korban pencabulan dari pelaku Eko Sugara, pengidap pedofilia, tetangganya sendiri.
Dituturkan Santoso, ayah korban, pelaku Eko Sugara merupakan tetangga dekatnya. Sehari-hari, putri sulungnya biasa bermain di rumah pelaku. “Putri saya sehari-hari biasa main di rumah Eko (pelaku). Eko kerap kali memberikan sejumlah uang untuk anak saya karena ia sering membantu Eko membersihkan rumahnya. Kami sama sekali tidak menyangka jika Eko tega melakukan perbuatan asusila terhadap anak saya,” papar Santoso dengan terbata-bata.
Meski begitu, musibah yang dialami keluarga Santoso telah terungkap. Pelaku Eko Sugara saat ini sedang menjalani hukuman penjara selama 14 tahun kurungan guna mempertanggungjawabkan perbuatan bejadnya.
Namun, trauma yang dialami keluarga ini masih terasa. “Kami sangat terpukul, Pak,” paparnya.
Mendapati hal tersebut, awak media mendatangi Kepala Desa Tulangbawang Baru Kecamatan Bungamayang, Hendra Gunawan, guna menggali informasi lebih lanjut terkait tingkat kemiskinan warga dan adanya degradasi moral yang terjadi di desanya.
Diakui Kades Tulangbawang Baru, Hendra Gunawan, mayoritas warga desanya hidup dengan tingkat perekonomian pra-sejahtera.
“Warga Tulangbawang Baru sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh. Jadi, jika dipandang dari sisi perekonomian keluarga, banyak dari warga kami yang berada di bawah garis kemiskinan. Hal inilah yang menjadi pemicu utama berbagai persoalan sosial yang ada di desa kami,” ujar Hendra Gunawan kepada sinarlampung.com, Kamis, (25/01/2018), di ruang kerjanya.
Meski demikian, kata Hendra Gunawan, pihaknya terus-menerus melakukan pembinaan dan berbagai terobosan guna meningkatkan taraf hidup warga Desa Tulangbawang Baru.
“Potensi yang ada di desa kami bersumber dari perkebunan dan peternakan. Untuk itulah, kami bersama perangkat desa berupaya memaksimalkan potensi yang ada di desa ini. Salah satu upaya inovasi desa yang akan segera kami realisasikan di tahun 2018 ini adalah penggemukan kambing kacang (kambing lokal). Dengan harapan mampu mendongkrak pendapatan ekonomi warga,” jelasnya.
Terkait adanya beragam peristiwa sosial di wilayahnya, Kades Hendra Gunawan menyampaikan harapan agar pihak Pemkab. Lampura dapat mencarikan solusi terbaik.
“Apa yang terjadi di desa kami tidak terlepas dari bagaimana pihak Pemkab. Lampura melakukan sinergisitas dengan aparatur desa. Sudah sepatutnya Pemkab. Lampura untuk terjun langsung melihat realitas yang terjadi di desa. Apa yang kami lakukan di sini sangat terbatas. Sementara yang memiliki akses luas ialah Pemkab. Lampura,” tegas Hendra.
Selain maslah sosial, Kades Hendra Gunawan juga mengatakan bahwa warga Dusun V sangat membutuhkan bantuan penerangan.
“Tidak kurang dari 80 jiwa yang mendiami wilayah Dusun V. Mereka ini sangat membutuhkan penerangan dalam bentuk mesin diesel. Karena dusun ini masuk dalam wilayah register, jadi tidak dapat dilakukan perbaikan infrastruktur,” jelas Kades Tulangbawang Baru. (ardi)