Papua, sinarlampung.co-Kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XVI Yahukimo dan Kodap III Ndugama dilaporkan membunuh 11 pekerja tambang emas di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan. Informasi di Yahukimo menyebutkan peristiwa pembunuhan tersebut terjadi pada Minggu 6 April 2025.
Baca: Komisi I DPR Kecam Penyerangan oleh KKB di Yahukimo, Menham: Serang Warga Sipil KKB Melanggar HAM
11 pekerja tambang emas itu tewas secara mengenaskan dalam serangan brutal yang diduga dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah pegunungan Kabupaten Yahukimo, Papua.
Insiden berdarah ini terjadi di lokasi penambangan terpencil yang hanya bisa diakses melalui jalur darat dan udara dengan medan ekstrem. Para korban pekerja tambang yang mayoritas merupakan pendatang dan warga lokal.
Menurut laporan awal dari aparat keamanan, kelompok OPM menyerbu area tambang sekitar pukul 08.30 WIT. Mereka datang membawa senjata api dan senjata tajam, menyerang secara membabi buta. Tak ada waktu bagi para pekerja untuk menyelamatkan diri. Suara letusan senjata memecah keheningan pegunungan, diikuti jeritan korban yang tak berdaya.
“Kami hanya bisa lari dan bersembunyi di semak-semak. Teman-teman yang tertangkap langsung ditembak atau dibacok. Itu kejadian paling mengerikan dalam hidup saya,” ungkap seorang pekerja yang selamat, masih terguncang.
Tim evakuasi gabungan dari kepolisian dan TNI menemukan jenazah korban dalam kondisi mengenaskan, tersebar di berbagai titik lokasi tambang. Beberapa tewas akibat tembakan di bagian kepala dan dada, sementara yang lain mengalami luka parah akibat sabetan senjata tajam.
Aksi Teror yang Terorganisir
Pihak kepolisian menyebutkan, serangan ini diduga merupakan bagian dari aksi teror sistematis yang dilakukan OPM untuk mengguncang aktivitas ekonomi dan memutus rantai suplai logistik ke wilayah-wilayah tertentu. Aktivitas tambang emas menjadi sasaran utama karena dianggap sebagai simbol eksploitasi sumber daya alam Papua oleh pihak luar.
Namun, yang menjadi sorotan adalah fakta bahwa korban dari serangan ini hanyalah pekerja sipil biasa bukan aparat, bukan elit, melainkan pencari nafkah.
Insiden ini langsung menuai kecaman dari berbagai kalangan, termasuk tokoh adat, aktivis kemanusiaan, hingga pemerintah daerah. Kekerasan terhadap warga sipil tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. “Mereka bukan musuh, mereka hanya mencari nafkah. Kekerasan seperti ini justru menambah luka bagi Papua, ” ujar salah satu tokoh masyarakat Yahukimo.
Aparat keamanan saat ini tengah melakukan pengejaran terhadap pelaku dan memperketat pengamanan di lokasi-lokasi rawan. Pemerintah juga diminta untuk segera turun tangan dan memastikan jaminan keamanan bagi seluruh warga sipil di wilayah Papua, termasuk mereka yang terlibat dalam kegiatan ekonomi legal.
Kabar awal, seorang pendulang emas bernama Saharuddin, yang berasal dari Sulawesi Selatan, meninggal dunia. Komandan Koramil Koroway Bulanop Kodim 1704 mendapatkan informasi bahwa korban penyerangan OPM di lokasi tersebut lebih dari satu orang.
Ada indikasi kuat bahwa pelaku penyerangan berasal dari kelompok Kodap XVI Yahukimo yang terdiri dari Batalyon Yamue dan Batalion WSM, serta mendapatkan bantuan dari Kodap III Ndugama Derakma. Pasca-serangan, sebagian besar penambang yang selamat dilaporkan masih bersembunyi di hutan untuk menyelamatkan diri.
Sementara itu, separuh lainnya telah berhasil melarikan diri melalui jalur sungai menuju Distrik Koroway Bulanop, Kampung Mabul, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan. Diperkirakan masih ada sekitar 30 penambang yang berada di hutan dan rencananya akan dijemput menggunakan perahu.
Wartawan memperoleh data sementara terkait identitas para korban meninggal dan selamat, serta yang masih berada di dalam hutan. Adapun nama pekerja tambang meninggal dunia antara lain, Sahrudin mengalami luka bacok di kepala, Wawan (22) terkena panah, Gorontalo terkena panah, Feri Muarakun terkena tembakan, Stanly tertangkap, Sanger tertangkap dan Aidil dibacok leher belakang.
Adapun korban selamat berjumlah 35 orang di Distrik Koroway Bulanop, Kampung Mabul Kabupaten Mappi diantaranya, Jaktam, Elo, Junus, Alma, Iqbal, Erdin, Feni, Meylani, Helma, Jefer, Imanuel, Albert. Selanjutnya, Aldo, Samuel, Andi K, Agus S, Muktar, Nenak, Rasi, Celu, Mas Botak, Irwan, Syemal, Fadil, Aca, Robert, Johan, Bram, Syawang, Markus, Melki, Maikel, Ele, Rio dan Jon.
Kemudian korban yang terpisah dengan rombongan dan belum ada kabar pasti sampai saat ini, Bungsu Hari, Sahrudin, Anwar Tejo, Mustafa, Mursaleh, Sahmady, Agung, Iyan, dan Ansar. Kepala dusun bernama Dani bersama istrinya Geby kemungkinan selamat menurut keterangan dari penambang yang baru turun.
Senjata yang digunakan kelompok OPM membunuh pendulang antara lain parang, panah, 2 pucuk senjata laras panjang. Kelompok OPM yang melaksanakan pengejaran terhadap masyarakat penambang disebut kurang lebih berjumlah 25 orang.
Berdasarkan informasi lokasi terdekat dari Kabupaten Asmat, Distrik Koroway atau Tanah Merah Bovendigoel, dikarenakan berbatasan langsung dengan Kabupaten Asmat dan Bovendigoel yang memiliki akses lebih dekat dengan jalur sungai. Tidak terdapat pos aparat keamanan di lokasi penambangan.
Saat ini tim dan forkopimda melaksanakan rapat koordinasi dalam mengambil langkah dan mencari informasi yang valid. Hingga berita ini disiarkan, wartawan masih terus menggali informasi lebih jauh terkait insiden itu.
OPM Klaim Bunuh 11 Pendulang Emas
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) – Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengklaim telah membunuh 11 orang pendulang emas di pedalaman Yahukimo, Papua Pegunungan. Peristiwa menggemparkan ini dilaporkan Panglima TPNPB Kodap XVI Yahukimo, Elkius Kobak kepada Markas Pusat Komnas TPNPB, dan diterima Juru Bicara OPM, Sebby Sambom, Selasa 8 April 2025 malam.
Elkius Kobak dalam laporannya menyebut pasukannya telah membantai 11 pendulang emas yang dituding sebagai anggota militer pemerintah Indonesia. Para korban dituduh melakukan penyamaran. Sebby Sambom dalam keterangannya menyebut aksi pembantaian oleh TPNPB-OPM dilancarkan selama tiga hari, sejak 6 hingga 8 April 2025.
Operasi dilancarkan Elkius Kobak cs dengan bantuan PNPB Kodap III Ndugama Derakma.”Pembunuhan tersebut dilakukan selama tiga hari berturut-turut hingga Selasa,” ujar Sebby Sambom.
TPNPB, lanjut Sebby, menyampaikan pesan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk segera menghentikan pengiriman pasukan ke Papua yang disebut mereka digunakan sebagai pendulang emas, tukang bangunan, atau pekerjaan lainnya. Mereka menegaskan akan menindak tegas anggota TNI yang bertugas di luar fungsi militer. (Red)