Bandar Lampung, sinarlampung.co-Kasus dugaan pembantaian terhadap seorang warga Dusun Si Uncal, Desa Pulau Legundi, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Aliyan (68), menggemparkan warga terutama para Nelayan dan warga Pesisir sejak Sabtu 5 April 2025 lalu, terus menjadi sorotan berbagai kalangan. Ironisnya meski sudah memeriksa hampir 40 orang, Polisi belum juga menetapkan tersangka.
Padahal, kasus dugaan pembantaian terhadap Mang Iyan –begitu Aliyan biasa disapa warga- telah terjadi sejak 15 Maret 2025 silam. Kasus ini tergolong terang benderang dan masuk kriteria sadis; karena korban dibuang ke laut dan hingga kini belum ditemukan jasadnya.
“Geger bang, rame, kita juga diminta ikut membantu mencari jasad korban. Tapi sulit, karena saat itu angin laut barat sangat kencang. Aratinya bisa kemungkinan terseret ketengah. Jika dibandul batu besar, pasti bisa diselam. Tapi tidak ada didasar laut sekitar lokasi pembuangan,” kata seorang nelayan kepada sinarlampung.co.
Sementara di Polda Lampung menyebutkan kasus itu sudah menjadi perhatian dan atensi Kapolda Lampung. “Pak Kapolda Irjen Pol Helmi Santika secara khusus memberi atensi atas kasus di Pulau Legundi tersebut. Besar kemungkinan penanganannya ditarik ke Polres Pesawaran atau bahkan ke Polda,” kata sumber di Polda Lampung.
Kasus ini telah dilaporkan anak kandung korban, Arina (40), pada 17 Maret 2025 lalu. Kapolsek Padang Cermin, AKP Agus Jatmiko, mengaku pihaknya telah memeriksa puluhan saksi. “Orang Satu kampung sudah kami periksa. Tapi, sampai sekarang korban memang belum ditemukan. Informasinya, jasad korban dibuang ke laut malam kejadian itu juga,” kata Agus Jatmiko, Sabtu 5 April 2025, kepada media.
Namun Kapolsek Padang Cermin tidak mengungkapkan apa hasil pemeriksaan yang dilakukan pihaknya terhadap orang se-kampung Si Uncal, Desa Pulau Legundi, Punduh Pedada, itu.
Viral Media Sosial Saat Pembuangan Mayat
Sudah itu juga empat viral setelah video diunggah di TikTok. Mayatnya hingga kini belum juga ditemukan dari perairan Pulau Legundi. Arina (40), sang putri sulung menuntut pengusutan secepatnya dugaan pembunuhan dan pembuangan jenazah orangtuanya itu. Menurut Arina, orangtuanya tewas setelah dikeroyok beberapa orang dari Kampung Si Uncal, Desa Pulau Legundi. Dia juga telah melaporkan dugaan pembunuhan ke Polsek Padang Cermin pada tanggal 17 Maret 2025.
Cerita Anak Korban
Arina menceritakan bahwa dirinya adalah anak pertama dari orangtua kandung bernama Aliyan dan ibu bernama Hasanah, sudah berkeluarga, tinggal di Pulau Si Uncal, berjarak sekitar 20 meteran dari rumah almarhum. Orangtuanya itu sudah 30 tahun bekerja sebagai petani dan nelayan. Almarhum seharinya dikenal dengan panggilan Mang Iyan. Sementra Arina memanggilna Mamek yang artinya bapak.
“Rumah bapak saya itu adu dapur dengan rumah keponakannya bernama Safarudin yang memelihara kambing yang kotornanya menimbulkan bau busuk. Bapak saya menegur, namun Safrudin tidak terima. Selain itu, ada masalah tanah keluarga yang dijual Safarudin. Hal itu juga mungkin menjadi pemicu cekcok antara bapak saya dengan Safarudin,” kata Arina.
Arina mengenang bahwa sekira Sabtu malam Minggu 15 April 2025, pukul 21.00-22.00 WIB, ayahnya dikeroyok dan dibunuh selepas Salat Tarawih. “Saat peristiwa, saya dan emak menonton televisi di rumah tetangga bernama Soriyah yang juga rumahnya tidak jauh dari rumah Bapak dan Safarudin lebih kurang berjarak 10 meter,” ujarnya.
“Saat kami asyik nonton, saya mendengar orang ribut, cecok adu mulut di luar, saya keluar rumah ingin tahu. Ternyata bapak saya dan Safarudin lagi cekcok mulut. Saya melihat dengan jelas karena lampu sangat terang, ada juga orang bernama Wawi bersama Safarudin,” ucapnya..
Tak lama kemudian, cekcok itu berhenti, bapak masuk ke rumahnya dan Safarudin bersama Wawi juga pergi. Sedangkan Arina kembali masuk ke rumah Sorayah melanjutkan nonton tivi.
Dan sekira 30 menit kemudian atau sekitar pukul 21,30 WIB, saat Arina masih nonton tivi dengan emaknya, di luar terdengar suara perempuan berteriak-teriak minta tolong. Dan Arina bergeas keluar untuk mengetahui apa yang terjadi.
“Tolong….tolong Safarudin digorok…” teriaknya sambil berlari menggendong anaknya , ternyata istrinya Safarudin, yang lari kedepan ke arah dermaga, yang juga terlihat ikut lari kearah dermaga terlihat si Wawi, Tuni, dan Edi.
Orang- orang mulai banyak, melihat hal tersebut Arina yang takut memilih pulang kerumahnya lewat pintu belakang dan Arina hanya mengintip dari jendela rumahnya, sambil mendengar dan melihat dari jendela orang- orang berkumpul di depan rumahnya. “Ada Kang Wasih, Oman, Tuni, Verdi, Muchlisin, Bapak Kadus Suhailli dan yang lainnya,” kata Arina.
Selanjutnya, Arina melihat mereka semua berlari menuju rumah bapak dan rumah Safarudin sambil membawa karung besar dan tali putih. “Saya melihat dengan jelas yang membawa karung besar si Oman dan tali putih dibawa ImiI masuk kerumah bapak,” katanya.
Sekira lebih kurang lima menit kemudian Arina melihat dengat jelas dalam keadaan terang lampu PLTS dari rumahnya, berjarak lebih kurang 20 meteran mereka semua menuju dermaga jembatan Si Uncal sambil membawa pikulan karung besar yang digotong dengan dua batang bambu.
Ada empat orang yang saya lihat dengan jelas memikulnya menuju kapal, Si Oman makai baju putih, Si Tuni makai kaos singlet Celana Panajang Coklat, Si Rohili memakai baju merah dan si Heri Bombom memakai kaos abu-abu celana pendek hitam. “Melihat hal tersebut saya tambah ketakutan dan tak tau apa yang terjadi selanjutnya,” ujar Arina serius.
Lalu, sekira pukul 22.30 wib , emak dari nonton tivi tadi kerumah Arina sambil mengatakan ke Arin “Mana mamek (bapak) kamu?“, “nggak tau mak, orang-orang masih banyak diluar, saya takut. kemudian emak keluar menuju orang- orang yang masih berkumpul di depan rumah pak Kadus Suhaili, kata emak “Mana Aliyan nya …?”.
Pak Kadus Suhaili menjawab. “Tenang teh, sudah di amankan.,“. “Mendengar itu emak saya diam dan pulang kerumahnya,” ucap Arina.
Atas kejadian itu hingga pagi Arina mengaku tidak bisa tidur dan pagi nya emaknya datang kerumah Arina, kata emak “Kok Mamek kamu nggak pulang? “ tanya nya ke Aria. Arina menjawab Tidak tah, dan emak kemudian mencari Aliyan lagi.
Ppada hari Minggu tanggal 16 maret 2025 jam 07.00 wib pagi, Arina di datangi pak Kadus Suhaili, yang meminta dipanggilan ibunya. “Tolong panggil emak kamu..”. kemudian Aria memanggil emaknya. Setelah emak datang di hadapan pak kadus, pak kadus bilang ke emak. “Gini teh Hanah, kejadian tadi malam itu namanya orang banyak,” katanya.
Emak langsung motong pembicaraan, kata emak “Sekarang Mang liyannya dimana?“. Suhaili menjawab “Sudah ditaroh di tempat yang aman teh. Nanti diambil, tapi kalo sudah nggak ada nyawanya berarti anggap saja sudah nggak jodoh,” kata Suhaili. “Mungkin sudah takdirnya, ikhlasin saja, jangan di perpanjang berabe urusannya,” ujar Kadus Suhaili sambil pergi.
Lalu masih di Minggu tanggal 16 Maret 2025 jam 09.wib, Arina mendapat kabar telpon dari suaminya, bahwa Safarudin sedang berobat menjahit lukanya di bidan Ika di Cilesung. Dan suami Arina mengabarkan bahwa bapaknya Aliyan telah dibunuh dan dibuang kelaut pada malam kejadian itu juga.
Mendengar kabar itu, emak tak terima, menjerit sejadi-jadinya. “Dan pada jam 16.00 wib Saya di damping keluarga saya melaporkan kejadian yang menimpa saya dan keluarga ke Polsek padang padang Cermin, diterima seorang polisi yang sedang piket, laporan kami belum di terima, kami di suruh datang besok pagi, mendengar itu dengan perasaan kecewa kami pulang,” ujarnya.
Lalu pada hari Senin tanggal 17 maret 2025 pada jam 09.00 wib, Arina di dampingi keluarga kembali melaporkan kejadian yang menimpa ke Polsek padang padang Cermin No LP./ B/24/III/2025/SPKT/PoLSEK PADANG CERMIN/POLRES PESAARAN/POLDA LAMPUNG.
Namun hingga saat ini belum ada pelaku yang di tangkap bahkan usuha pencarian mayat almarhum belum dilakukan, “Kami sangat ketakutan, bahkan ada pengacaman kepada kami. Saya ceritakan peristiwa yang sebenarnya, guna mencari keadilan dan perlindungan hukum bagi kami, terutama segera adanya tindakan pencarian mayat almarhum orang tua kami yang dibuang oleh para pelaku,” katanya. (Red)