Jakarta, sinarlampung.co – Tren perdagangan digital di Indonesia meningkat pesat 22% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut mengancam keberadaan UMKM di Tanah Air.
Menurut laporan E-Conomy SEA 2022, trend kenaikan tersebut diikuti transportasi online, makanan, media, dan perjalanan online.
Terbaru, kehadiran TikTok Shop beresiko meredupkan UMKM dan menguntungkan pelaku bisnis skala besar. Sehingga pemerintah memitigasi risiko tersebut dengan merevisi Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 tentang Perdagangan Digital.
Wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Jerry Sambuaga, dalam gelaran The 2nd International Conference on Contemporary Risk Studies (ICONIC-RS) di Bali mengatakan potensi perdagangan digital menjadi cukup besar, bahkan diperkirakan dapat menyumbang 5.663 triliun pada GDP Indonesia tahun 2030.
“Pemerintah tidak melarang pelaku bisnis untuk memasarkan produk melalui TikTok. Namun keberadaan fitur TikTok Shop dapat merusak rantai pasar. Karena distributor dapat menyentuh end user secara langsung. Para agen dan reseller pada akhirnya harus bersaing dengan pelaku bisnis yang lebih besar,” ucap Jerry.
Jerry menyarankan agar masyarakat Indonesia turut berperan serta dalam digitalisasi ekonomi. Pemanfaatan platform digital yang tersedia, menurutnya akan jauh lebih mempermudah aktivitas perdagangan.
“Rantai pasok turut mengalami kemudahan dan berdampak pada peningkatan komoditas dan keuntungan masyarakat,” tambah Jerry.
Fenomena TikTok Shop dan upaya meningkatkan signifikansi sikap resiliensi dan berkelanjutan menjadi topik hangat yang didiskusikan pada ICONIC-RS yang diselenggarakan Fakultas Komunikasi dan Diplomasi (FKD) serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pertamina pada 23 – 24 September lalu.
Gelaran tersebut menghasilkan 72 paper dari sejumlah peneliti dari seluruh Indonesia, bahkan dari mancanegara seperti Malaysia, Taiwan, hingga Haiti.
Selain itu, penyelenggaraan ICONIC-RS sebagai ajang diskusi turut menghadirkan Hery Haerudin, VP Pertamina Energy Institute; Ferry Irawan, Deputi Koordinasi Finansial dan Makroekonomi pada Kementerian Koordinator Perekonomian; Leo Putera Rinaldy, Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.; Michael Bradshaw, Professor of Global Energy, Strategy and International Business Group, Warwick Business School, The University of Warwick dan beberapa pakar lainnya pada bidang studi risiko kontemporer.
Sejalan dengan Jerry, peningkatan kompetensi terhadap digitalisasi menjadi salah satu upaya meminimalisir kegagalan mengelola risiko.
Pada kesempatan itu Rektor Universitas Pertamina Wawan Gunawan A. Kadir, MS. menyadari semua lini bisnis terdapat resiko.
“Kita menyadari bahwa semua lini bisnis yang berjalan tidak lepas dari beragam risiko. Melalui perhelatan ICONIC-RS ke-2 ini, kita bersama-sama mendengarkan dan belajar untuk menemukan upaya mitigasi terbaik dari berbagai risiko agar tidak berbenturan dengan regulasi yang ada. Seperti belakangan ini, isu digitalisasi di ranah UMKM menjadi pusat perhatian,” katanya.
Sementara itu, Dewi Hanggraeni, Dekan FKD dan FEB serta ketua pelaksana ICONIC-RS ke-2 menyampaikan, tujuan terlaksananya konferensi tersebut untuk mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan termasuk bagi para pelaku bisnis yang rentan terhadap berbagai risiko.
“Pelaksanaan ICONIC-RS ke-2 mendorong akademisi dan praktisi untuk saling berbagi pengetahuan mengenai fenomena berbagai risiko kontemporer. Pada konferensi ini kami kumpulkan 119 artikel ilmiah yang akan diikutkan dalam prosiding European Alliance for Innovation, agar turut dapat diterbitkan dalam jurnal akreditasi seperti SCOPUS. Besar harapan saya agar konferensi ini mampu memberikan manfaat bagi kita semua,” tutup Dewi. (*)