Bandung (SL)-Sebagai wisata ikonik di Kota Bandung, taman wisata Kiara Artha Park (KAP) memiliki beragam wahana terbaik. Salah satu wisata yang cukup menarik yakni taman sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA).
Taman KAA merupakan salah satu bagian dari KAP yang menampilkan wisata berkonsep sejarah. Wisatawan bisa menyaksikan sejarah awal terbentuknya KAA, yang ditampilkan melalui patung setengah badan dari setiap delegasi atau tokoh.
Diketahui, Taman sejarah tersebut merupakan sebuah penghargaan pada pelaksanaan KAA di Bandung pada 18-24 April tahun 1995.
Sejarah Terbentuknya KAA di Bandung
Liputan wartawan sinarlampung.co di lokasi, pada patung setengah badan terdapat identitas tokoh disertai cerita terbentuknya KAA dalam bentuk tulisan.
Dikutip dari tulisan yang diabadikan pada monumen, KAA yang diadakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 yang dihadiri oleh 29 negara benua Asia dan Afrika.
Konferensi Asia Afrika ini menjadi peristiwa yang sangat penting dalam sejarah kebijakan luar negeri Indonesia, karena diadakan pasca Perang Dunia II pada saat kondisi keamanan dunia belum sepenuhnya pulih.
KAA tersebut melahirkan Dasa Sila Bandung yang berisi prinsip-prinsip dasar dalam memberikan dukungan dan memajukan kedamaian dan kerjasama dunia khususnya negara-negara dari benua Asia dan Afrika. Dasa Sila Bandung ini kemudian menjadi simbol solidaritas bagi negara-negara ini.
Pengagas Konferensi Asia Afrika (KAA)
Terbentuknya KAA tidak lepas dari peran delegasi atau tokoh penggagas dari lima negara yang ada di benua Asia dan Afrika.
Terselenggaranya KAA diceritakan merupakan lanjutan dari Konferensi Kolombo di tahun 1954 atas undangan Perdana Menteri Ceylon (Srilanka), Sir John Kotelawala. Alhasil, konferensi dihadiri oleh 5 negara dengan perwakilan masing-masing.
Adapun 5 tokoh yang dikirim pada Konferensi Kolombo tersebut antaralain,
1. Ceylon/Sri Lanka (Sir John Kotelawala)
2. Burma/Myanmar (U Nu)
3. India (Jawaharlal Nehru)
4. Indonesia (Ali Sastromidjojo)
5. Pakistan (Muhammad Ali Bogra)
Profil Pengagas Konferensi Asia Afrika (KAA)
Inilah nama tokoh pelopor terbentuknya KAA yang diabadikan melalui monumen taman sejarah.
1. Sir John Kotelawala (Ceylon/Sri Lanka)
Sir John Kotelawala adalah perdana mentri Sri Lanka pada tahun 1953-1956. Beliau adalah tokoh yang berpengaruh di bidang militer serta politik dan turut menjadi salah satu pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995. Dalam Sidang KAA ia mengkritik kepemilikan senjata nuklir yang banyak dimiliki negara Barat dan mengajak peserta delegasi KAA untuk ikut menjaga perdamaian dunia.
2. U Nu (Burma/Myanmar)
U Nu adalah Perdana Mentri Myanmar yang menjabat pada tahun 1948-1958, dan dilanjutkan pada tahun 1960-1962. Beliau menjadi salah satu pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995. Ia berjuang menentang penjajahan kolonialis dengan sikap anti kolonialisme untuk persatuan dan keberagaman.
3. Jawaharlal Nehru (India)
Jawaharlal Nehru adalah negarawan pertama India. Nehru menjabat sebagai Perdana Mentri pada tahun 1947-1964. Nehru turut menjadi salah satu pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995. Ia membawakan prinsip-prinsip untuk hidup berdampingan secara damai, yaitu saling menghormati, integritas territorial dan kedaulatan, perjanjian non agresi dan menjaga perdamaian.
4. Ali Sastromidjojo (Indonesia)
Ali Sastromidjojo adalah Perdana Mentri Indonesia pada periode 1954- 1957. Beliau ditunjuk sebagai Ketua Umum Sidang KAA Bandung pada tahun 1995. Ia mampu menyatukan berbagai latar belakang ideologi dalam sidang KAA sehingga dapat terlahir Dasa Sila Bandung.
5. Muhammad Ali Bogra (Pakistan)
Muhammad Ali Bogra adalah Perdana Mentri Pakistan pada tahun 1953-1955. Beliau turut menjadi salah satu pelopor KAA Bandung pada tahun 1995. Ia menyerukan pentingnya perdamaian antar Negara dan penghapusan terhadap adanya kolonialisme di dunia melalui pidato dihadapan delegasi negara-negara yang hadir dalam sidang KAA.
6. Zhou Enlai
Zhou Enlai adalah Perdana Mentri Pertama Tiongkok pada tahun 1949-1976. Beliau adalah salah satu peserta delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995 yang memiliki peranan penting dalam konferensi tersebut. Ia membangun semangat untuk mengusahakan titik persamaan dengan mengesampingkan perbedaan pendapat dan persatuan untuk hidup berdampingan secara damai. (Heny HDL)