Oleh: Wirahadikusumah
Saya sangat jarang berpergian ke luar kota. Paling maksimal hanya dua kali dalam sebulan berkunjung ke Jakarta.
Tetapi kenaikan tiket pesawat domestik saat ini membuat saya khawatir. Meskipun intensitas ke luar kota terbilang sedikit.
Saya yakin kegelisahan ini juga dialami orang-orang yang sering menggunakan pesawat untuk berpergian. Mereka pasti sama seperti saya; menjerit lantaran tiket melejit.
Bagaimana tidak. Biasanya di traveloka kita menemukan tiket pesawat seharga Rp300 ribuan untuk tujuan Jakarta dari Bandarlampung. Tetapi sekarang, paling murah di atas Rp500 ribu.
Karena penasaran atas kenaikan tiket pesawat domestik ini, saya sampai bertanya langsung kepada pengamat transportasi Lampung Bang I.B. Ilham Malik melalui WhatsApp.
Mahasiswa S-3 Kitakyushu University Jepang ini mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat domestik dikarenakan maskapai sedang berupaya tetap survive. Penyebabnya, biaya sewa, utang dan perawatan pesawat naik drastis akibat persoalan kenaikan dolar.
Menurutnya, maskapai berkeyakinan jumlah penumpang pesawat tidak akan turun signifikan kendati harga tiket dinaikkan.
“Maskapai melihat kenaikan tarif ini tidak akan mengganggu penerbangan mereka,” jelas penerima beasiswa pemerintah jepang Monbukagakusho MEXT 2015 tersebut kepada saya.
Dia menambahkan, aksi korporasi maskapai ini memang merugikan. Tetapi masyarakat punya hak untuk memilih naik pesawat atau jenis transportasi lainnya.
Atas penjelasan itu saya kian khawatir. Sebab, harapan harga tiket pesawat segera turun sepertinya bakal lama terwujud. Kecuali, nilai tukar dollar terhadap rupiah turun.
Saya yakin, kenaikan tiket pesawat ini akan berdampak terhadap sektor lainnya. Terlebih saya dengar, kenaikan tidak hanya di level tiket, tetapi juga kargo pesawat.
Saya menduga, kenaikan tiket pesawat ini bisa menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lampung berkurang.
Para wisatawan juga akan mengurangi volume pembelian oleh-oleh atau bisa jadi malah tidak membeli oleh-oleh. Penyebabnya tadi, biaya kargo yang juga ikut naik.
Bisa jadi sektor lainnya juga terdampak. Seperti dalam hal ekspor dan import di provinsi ini.
Karenanya, bukan tidak mungkin, dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) bulan depan, kenaikan tiket pesawat ini menjadi komponen utama yang mempengaruhi inflasi di Lampung.
Semoga pemerintah provinsi dan stakeholders lainnya bisa mengantisipasi persoalan ini.
Terlebih menurut data BPS Lampung pada 2018, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Radin Inten II 80-100 ribuan per bulannya.