Palu (SL) – Wali Kota Palu, Hidayat mengaku masih ada puluhan ribu warganya yang mengalami trauma akibat gempa dan tsunami pada Jumat 28 September 2018. Musibah bencana alam itu menewaskan ribuan orang.
“Yang mengungsi ini ada di dua kawasan yakni kelurahan Petobo dan Baloroa, di Kelurahan Petopo sekitar 2000 lebih habis rumahnya, kemudian Baloroa sekitar 1.700 rumah habis juga dan kawasan pesisir pantai itu ada 13 kelurahan rumah hancur,” kata Hidayat kepada Sulselsatu.com, Sabtu (13/10/2018).
Dia mengatakan, 5000 rumah di Kota Palu mengalami kerusakaan akibat guncangan gempa bermagnitudo 7.4 dan disapu gelombang tsunami. “Pada umumnya hancur, skala umumnya habis. Mereka mereka inilah pemilik rumah yang sampai sekarang mengungsi. Data terakhir kita itu masih ada 65 ribu orang yang mengungsi di kota Palu,” katanya.
Dia mengatakan, pemerintah Kota Palu terpaksa memberikan pasokan logistik yang berasal dari bantuan dari beberapa daerah di Indonesia dan bantuan luar negeri.
“Nah, 65 ribu orang yang mengungsi kemudian kita kasih makan setiap hari. Ada yang masih ketakutan, ada juga warga kita sudah kita imbau untuk kembali ke rumahnya, karena BMKG sudah mengimbau bahwa gempa itu masih ada tapi itu skala kecil, tapi itu tetap waspada, “katanya.
Ia juga mengaku, sejauh ini di Kota Palu masih terjadi gempa setiap hari dengan skala kecil dan tidak menimbulkan kerusakan rumah apalagi tsunami. “Goyangan gempa ya boleh dikata setiap hari itu terjadi sehingga membuat masyarakat trauma, para nelayan dan pegawai pertokohan belum beraktifitas, jadi saya belum bisa memberikan persen soal aktifitas masyarakat di kota Palu,” jelas Hidayat.(sulselsatu)