Bandarlampung (SL)-Resmi menjadi calon anggota legislatif (caleg), Davil IV, Kecamatan Pardasuka, dan Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, Fachrur Qomar S.H, siap bertarung dalam Pileg April 2019 mendatang.
Dari data Daftar Calon Tetap (DCT) yang dirilis KPU Pringsewu, pria yang sehari-hari berprofesi sebagi jurnalis ini, maju dalam Pemilihan DPRD Kabupaten Pringsewu, melalui daerah pemilihan (Dapil) IV yakni Kecamatan Pardasuka dan Kecamatan Ambarawa.
Setelah ditetapkan pada DCT tambah Fachrur Qomar, yang pernah bekerja di suratkabar Group Jawapos, ini akan menjadi perjuangan awal dirinya untuk merebut satu tiket menuju kursi dewan.”Saya yakin dan percaya Allah SWT dan masyarakat akan meridhoi niat baik untuk membangun Pringsewu,” kata Alul
Untuk pertarungan pada pileg 2019 mendatang, pria humanis yang akrab di sapa Alul ini, menduduki nomorurut 2 dari Partai PDIP. “Saya memprediksi, Pileg tahun 2019 akan berlangsung ketat. semua calon pasti akan mengeluarkan semua tenaga dan pikiran serta kemampuan terbaik demi menjadi wakil rakyat yang duduk di parlemen,” kata Pemilik Media Kabar Lampung ini.
Fachrur, putra dari salah satu Pembantu Rektor Unila ini mengaku dengan terlibat politik praktis, dia berharap dapat berperan aktif dalam membuat kebijakan dan peraturan. “Sebagai jurnalis, selama ini peran saya adalah menyampaikan fakta dan melakukan kontrol sosial atau sebagai watch dog. Itu semua membuat saya terus terpacu dan terdorong untuk memperbaiki bangsa ini,” kata ayah satu anak ini, di Bandarlampung, Sabtu (13/10/2018).
Perihal pilihan jatuh ke PDIP, Fachrur menyatakan, dirinya sama sekali tidak pernah membayangkan bergabung di Partai Politi. PDIP masih benar-benar orisinil perjuangan, bukan partai elite, tapi merupakan partai peduli masyarakat kecil.
“Kedua, saya yakin betul dengan partai ini karena dipimpin anak Proklamator dan tanpa meminta syarat apa-apa jika ada warga yang ingin maju sebagai caleg. Kemudian, langkah-langkah konkret yang dilakukan menjaga Pancasila dan NKRI,” katanya.
Perjalanan sebagai jurnalis dan pendidikan sarjana hukum, membuat dia sadar ada yang harus terus dibenahi. “Dalam pengalaman jurnalistik, saya banyak ditugaskan meliput di DPR. Saya melihat sendiri rendahnya komitmen banyak anggota DPR, bahkan untuk hal-hal kecil seperti datang rapat kerja maupun sidang paripurna,” katanya.
Lalu, juga banyak belajar tentang perumusan kebijakan publik. Ia mengaku gusar dengan proses perumusan peraturan perundang-undangan (perda) di Pringsewu yang kerap mengesampingkan sains dan data sehingga merugikan banyak orang.
“Itu membuat saya terjun ke politik di usia muda. Kemudian, saya mengetahui tentang PDPI. Kesamaan visi untuk mereformasi partai politik, melawan korupsi, mencegah intoleransi, serta menciptakan masyarakat yang adil dan makmur membuat saya memutuskan untuk menjadikannya sebagai kendaraan politik,” katanya. (Jun)