Lampung (SL) – Aktivis lingkungan hidup Edy Karizal mengatakan sudah puluhan tahun NGO asing hanya menjadikan TNBBS sebagai ladang proyek. Mereka gagal menjaga kerusakannya. Hal itu menjadi pertanyaan banyak kalangan, dan butuh segera di lakukan perbaikan, agar TNNBS tidak semakin rusak.
”Kita perlu pertanyakan agar TNBBS tak semakin hancur dan jadi ladang proyek NGO-NGO asing itu saja,” kata Edy Karizal, Selasa (11/9).
Dia khawatir Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) nasibnya akan seperti Taman Nasional Gunung Leuser, Nangroe Aceh Daroesalam, Taman Nasional Teso Nilo, Riau atau taman nasional lainnya. ”Jika alamnya sudah rusak, tidak seksi lagi, dengan gampangnya, mereka akan hengkang dari Bumi Tanah Lado ini,” kata Ketua Watala itu.
Non-governmental (NGO) asing perlu dipertanyakan aktivitasnya di TNBBS. Mereka telah gagal mengelola Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), kata Edy Karizal. LSM asing tersebut sudah puluhan tahun ”menjual” isu spesies-spesies yang terancam punah TNBBS, tapi tak jelas informasi dan progresnya kepada publik Lampung, katanya.
Diungkapkannya, intervesi LSM asing atau NGO luar yang telah berkamuflase menjadi Yayasan ini juga pernah dipertanyakan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Firman Subagyo pada tahun 2013. Firman kala itu menyatakan bahwa organisasi lingkungan World Wildlife Fund for Nature (WWF) tidak mampu mengatasi kerusakan hutan yang ada di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau.
Seperti dilansir Investor Daily, Firman bahkan memberikan contoh bahwa kondisi Taman Nasional Tesso Nilo yang dikelola secara kolaboratif dengan WWF terus terjadi deforestasi. Hal ini dinilainya menjadi bukti ketidakmampuan organisasi lingkungan asing untuk mengatasi kerusakan alam dan memberikan solusi bagi masalah lingkungan di Indonesia.
Ini waktunya bagi Indonesia untuk tidak berkompormi degan WWF karena terbukti tidak mampu melakukan apapun,” papar Firman kepada Investor Daily. Juga pada masa Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pernah menyatakan akan meninjau kerjasama dengan WWF lembaga dan asing lainnya karena gagal mendukung perbaikan pengelolaan hutan di Indonesia.
Zulkifli Hasan mengungkapkan, kondisi hutan yang dikerjasamakan dengan lembaga asing ternyata cenderung makin buruk. Contohnya apa yang terjadi di Taman Nasional Gunung Leuser, Nangroe Aceh Daroesalam, dimana pembalakan liar terus terjadi.
Begitu juga yang terjadi di Taman Nasional Teso Nilo, Riau, yang dikelola secara kolaboratif dengan WWF, yang kondisinya kini semakin parah. Zulkifli Hasan menjelaskan akibat kegagalan perbaikan pengelolaan hutan secara kolaboratif tersebut, pemerintah harus menanggung beban tanggung jawab. (rml/nt/jun)