Oleh : Juniardi
SEBUAH tradisi, ewuh pakewuh, budaya tak enak, memaafkan dengan pemikiran siapa tahu hilaf, dan akan berubah, terkadang menjadikan sebuah pola yang menjadikan orang toleran dan pembenaran terhadap prilaku salah yang dilakukan orang, keluarga, kerabat, hingga pejabat.
Tergoda ketika dalam lamunan ramadhan, mendengar khutbah subuh yang singkat di Masjid dekat rumah, Selasa (29/5), yang bicara tentang pemimpin amanah, dan ajakan memilih pemimpin yang baik jelang Pilgub 2018.
Tugas pemimpin itu, kata Ustad, adalah mengatur dan memikirkan orang banyak. Kemaslahatan umat merupakan tanggung jawab terbesar seorang pemimpin. Semua itu dengan tujuan untuk kemakmuran umat. Makmur atau tidaknya suatu masyarakat sangat tergantung pada bagaimana pemimpin memainkan perannya.
Ketika seorang pemimpin berlaku adil sesuai dengan petunjuk Syariat maka masyarakat pun akan sejahtera. Demikian sebaliknya, ketika pemimpin tersebut berlaku zalim dan tidak jujur dalam menjalankan amanahnya maka rakyat pun akan berujung pada kesengsaraan.
Dalan keyakinan Islam disebutkan, apa yang ada dan kita miliki didunia ada pertanggung jawabannya. Karena pada hari kiamat kelak, pemimpin yang adil akan dijanjikan dengan berbagai macam keutamaan. Sementara pemimpin zalim dan tidak jujur dalam menjalankan amanahnya akan diancam dengan berbagai macam ancaman siksa dan api neraka.
Petunjuk itu datang dari Nabi Akbar Muhammad SAW tentang ancaman terhadap pemimpin zalim serta bagaimana seharusnya kita menyikapi kezaliman tersebut. Kebenaran harus tetap dipegang, sedangkan kesalahan harus senantiasa diluruskan. Bagaimana caranya mengingatkan pemimpin atau penguasa? Nasihat tetap diutamakan, namun amal ma’ruf nahi mungkar tidak boleh dilupakan kata Ustad.
Bahkan, jauh sebelum berabad abad yang lalu, Rasulullah SAW telah mengingatkan umatnya akan adanya para pemimpin yang berbuat zalim dan berbohong di hadapan rakyat. Dan untuk itu, kita sebagai umatnya, tidak hanya diperintahkan untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut, namun lebih daripada itu, Rasulullah SAW mengingatkan untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Nah, jika ada pemimpin yang pembohong, dan zalim maka umat wajib mengingatksn. Termasuk dengan cara memberikan nasihat secara diam-diam sebagai pilihan awal dalam melawan kemungkaran. Kita wajib meluruskan kesalahan penguasa.
Namun, ketika nasihat dengan cara tersebut sudah tidak diindahkan, maka Rasulullah SAW pun memberikan motivasi lain kepada umatnya untuk merubah kemungkaran penguasa.
Motivasi yang kita berikan kepada pemimpin atau pengusaha itu adalah pahala jihad yang dijanjikan kepada umatnya yang menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zalim. Karena, Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim, hadis riwayat.
Lalu ketika usaha tersebut tidak dihiraukan lagi dan pemimpin tetap menzalimi rakyat, maka Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk menjauhi pemimpin tersebut serta jangan sampai mendekatinya, apalagi membenarkan tindakan zalim yang di lakukan.
Sebab, ketika seseorang tetap mendekati pemimpin zalim tersebut dan membenarkan apa yang dilakukannya maka ia akan terancam keluar dari lingkaran golongan umat Nabi SAW dan ia tidak akan mendatangi telaganya nanti di hari kiamat. Maka bersikaplah, minimal dengan memilih pemimpin yang dengan tekan jejak yang baik. (juniardi)