Bandarlampung (SL) – Pemerintah Lampung Barat bersama Pemerintah Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan menjalin komitmen mengembangkan kopi berkelanjutan untuk mendukung mata pencarian petani kopi dan mengatasi defortasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Mereka bersama para pebisnis dan petani Kopi ikut berdiskusi, di Hotel Emersia, Kamis (12/4/2018), yang dilanjukan dengan penanda tanganan MOU bersama.
Bupati Kabupaten Lampung Barat Parosil Mabsus dan Bupati OKU Selatan Popo Ali Martopo hadir, bersama Head of Corporate Responsibility and Sustainability Olam, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung Dessy Demaniar Romas, pengusaha kopi dan perwakilan petani kopi, Ketua Asosiasi Suplyer Kopi Lampung (ASKL).
Acara Duduk Bersama Bahas Program Kopi Dalam acara Meja Bundar III, Kopi Berkelanjutan di Bukit Barisan Selatan itu dipasilitasi WCS.
Parosil mengatakan tugas pemerintah saat ini yakni harus memanusiakan manusia dan membuat terobosan bagaimana caranya hutan lindung Bukit Barisan Selatan tetap lestari dan petani yang ada di sekitar hutan juga ikut sejahtera.
“Masyarakat kami ini sadar, kalau hutan itu sebagai penopang air menahan supaya tidak terjadi bencana. Mereka merambah bukan sengaja. Hal ini dilakukan karena mereka ingin mempertahankan hidup. Suka tidak suka harus mereka lakukan tindakan ini untuk mempertahankan perut, hidup dan keluarga mereka,” kata Parosil.
Untuk itu, kata dia, kita perlu komitmen dalam hal pelestarian hutan lindung dan kesejahtraan rakyat yang mayoritas petani kopi. “Bicara soal TNBBS di Lampung Barat itu sangat lah panjang, begitu juga dengan kopi Lampung Barat sudah mulai mendunia. Kita harus menjalin kerja sama yang jelas, dengan begitu petani kopi sejahtera pemerintah memiliki catatan bagus,” kata dia.
Sementara menurut Popo Ali, di OKU Selatan, kopi sama seperti Lampung Barat sangatlah banyak. “Bagi kami kopi adalah budaya. Di tempat kami kopi adalah bagian dari penjiwaan. Kalau orang tidak punya kebun kopi bukan orang OKU Selatan walau pun dia pengusaha,” kaya Popo Ali.
Kalau pengatin baru, kata dia, di OKU Selatan cari lahan diatas perbukitan tidak akan turun dari perbukitan itu sebelum kopi berbuah, karena hal ini terus terjadi dan sudah masuk dalam budaya. “Dapat dikatakan kedepan bukan tidak mungkin akan merambah ke hutan lindung yang mana di OKU selatan dan Lampung Barat kawasan hutan sangatlah luas,” kata dia.
Dia mengatakan dua wilayah ini adalah zona yang belum memiliki tapal batas yang jelas di wilayah TNBBS. “Maka dari itu, diharapkan dengan adanya hal seperti ini pemerintahan pusat segera menyelesaikanya tapal batas yang ada,” katanya.
Indonesia, kata dia, akan menjadi eksportir kopi yang besar kedepanya. Hanya saja lingkungan dapat di artikan akan rusak apabila tidak ada perhatian yang dimulai dari sekarang. “Niat baik kami berdua dengan bupati Lampung Barat, tentunya tanggung jawab kami menjaga lingkungan, membina masyarakat menjadi makmur dan teratur melalui pertanian kopi. Saya merasa terhormat menjadi satu-satunya bupati yang diundang dari Sumsel,” kata Popo. (lp/nt/*)