Mencermati riuhnya pengguna media sosial (medsos) jelang Pilkada Lampura 2018, beragam gagasan antar-pendukung dan simpatisan masing-masing bakal calon kontestan terus bermunculan. Sikap fanatisme dan pendapat ideal silih berganti menghiasi beragam status di akun facebook (FB) sebagai upaya meraih simpati ataupun suatu strategi untuk menjatuhkan pencitraan sosok yang menjadi lawannya.
Trend giring opini via medsos terutama FB merupakan satu langkah yang patut diapresiasi. Bagaimana tidak, warga penghuni FB begitu berani menyampaikan gagasan atau ide, saran maupun pendapat tanpa harus bersinggungan secara langsung. Dengan demikian, hal itu mampu meminimalisir perseteruan secara fisik (chaos) antar-simpatisan.
Kebebasan mengutarakan pendapat merupakan hak asasi manusia. Medsos saat ini menjadi alternatif paling jitu dalam menyampaikan beragam persoalan. Medsos menggiring kita menjadi lebih berani dan tajam ketika mengritisi suatu kebijakan dan pemikiran tanpa harus merasa khawatir terjadi ‘kles’ yang berlebihan dengan pihak lain.
Dalam hal menyampaikan propaganda politik, di era penggunaan gadget dan/atau smartphone, tidak bisa ditolak bahwa medsos menjadi wahana komunikasi paling efektif, ekonomis, serta berdampak langsung dalam mempengaruhi mindset (pola pikir) penggunanya.
Mengutip sebuah ungkapan status dari akun mikik Juniardi Jun “siapa yang menguasai teknologi informasi, maka dialah pemimpin masa depan”. Suka maupun tidak, medsos menjadi Panglima.
(Penulis : Ardiansyah, koresponden media online Sinarlampung.com)