Bandarlampung (SL) – Satu grup perusahaan “borong” dua proyek penyelenggaraan Lampung Krakatau Festival (LKF) 2017 dengan total nilai proyek Rp4,080 miliar. Kedua perusahaan tersebut, PT Kerabat Dyan Utama dan PT Dyandra Promosindo. Keduanya beralamat sama.
Menurut Ketua Asosiasi Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (Ardin) Provinsi Lampung, Izhar Laili, berdasarkan Perpres No.4/2015 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, hal tersebut merupakan pelanggaran prinsip dan etika pengadaan barang. “Bisa menutup kesempatan perusahaan lain,” katanya.
Tahun lalu, PT Kerabat Dyan Utama yang memenangkan tender LKF 2016. Namun, merk yang tampil pada LKF 2016 adalah Dyandra Promosindo. Pada LKF 2017, PT Dyandra Promosindo yang memenangkan tender EO. Sedangkan PT Kerabat Dyan Utama bergeser memenangkan tender “backup” LKF 2017.
PT Kerabat Dyan Utama dalam e-tender (tender elektronik) yang tercatat pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Lampung sebagai pemenang event organizer (EO) LKF 2016 senilai Rp2,313 miliar dari pagu Rp2,5 miliar.
Sedangkan PT Kerabat Dyan Utama sebagai pemenang pengadaan barang dan jasa penyelenggaraan LKF 2017 senilai Rp1,767 miliar dari pagu atau nilai awal penawaran proyek senilai Rp1,788 miliar yang tendernya juga dilakukan bulan Juli lalu.
Perusahaan yang mendaftar ikut tender EO itu sendiri ada belasan perusahaan. Namun, yang memasukan atau upload penawaran ada tiga perusahaan. Dari ketiga perusahaan itu, ada yang menawar terendah, senilai Rp2,227 miliar, yakni PT Global Potensido.
Namun, PT Global Potensido dinilai tidak memenuhi syarat antara lain tenaga teknis dan tenaga ahli hanya memiliki satu event menejer. Sedangkan yang disyaratkan tiga even menejer. PT Global Potensindo juga tidak memiliki sertifikat keahlian dari Google.
Akhirnya, PT Dyandra Promosindo yang dinyatakan pemenang LFK 2017. Banyak yang heran dengan menangnya kembali PT Dyandra Promosindo sebagai penyelenggara LFK 2017. Pasalnya, mereka menilai penyelenggaraan tahun lalu saja tak ada yang “gereget” dan tak profesional.
Salah seorang pengisi acara FKL 2016, Sarah, bilang acara FKL seperti acara pribadi, EO-nya tak mau diberi saran pihak lain. Padahal, kata muli dari Kota Bandarlampung itu, mewakili anak muda, punya semangat dan banyak sekali ide kretif untuk LFK.
Indra Pradya, MC terkenal, penggiat pariwisata, bloger yang pernah dikirim keluar negeri, dan mencurahkan kekecewaan atas ketidak-profesionalan PT Dyandra Promosindo lewat blognya, Dunia Indra : “Kisah Jelajah Krakatau 2016”.
Sebelumnya, Bambang SBY, guide untuk Event Tuor LFK 2016, sempat mengeluhkan ketidaksigapan EO melayani tamu. Dia bersama dua temannya lagi terpaksa harus mengunjal undangan bloger dan wartawan sepulang dari Tour Krakatau pakai sepeda motor ke hotel akibat ketiadaan EO. Bahkan, honor ketiganya, sempat tak dibayar pihak penyelenggara. (dilangsir dari rmollampung.com)
Editor : Fersi