Pesawaran, sinarlampung.co – Seorang bayi berusia tiga bulan, Muhammad Arsya Alfarizi, meninggal dunia setelah dirawat dari Rumah Sakit Gladish Medical Center (GMC) di Desa Taman Sari, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, pada Kamis, 30 Januari 2024. Kepergian bayi malang tersebut menyisakan duka mendalam bagi keluarga, terutama orang tua, yang juga mengaku kecewa dengan pelayanan dokter di rumah sakit tersebut.
Pihak keluarga menduga bayi mereka meninggal karena kelalaian dokter. Orang tua menyebut bahwa Muhammad Arsya Alfarizi wafat setelah dipulangkan dan mengonsumsi obat dari RS GMC.
Ayah korban, SY (37), warga Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya atas meninggalnya sang buah hati. Ia bahkan geram terhadap dokter yang menangani putranya.
“Saya sangat kecewa atas sikap dokter tersebut. Saya yakin ada kesalahan dalam mengidentifikasi penyakit anak saya,” ujar SY kepada sinarlampung.co pada Jumat, 31 Januari 2025.
Menurut SY, kejadian bermula saat anaknya mengalami diare hebat, buang air besar hingga 20 kali dalam sehari. Khawatir dengan kondisi tersebut, SY segera membawa putranya ke RS GMC pada Rabu, 29 Januari 2025, sekitar pukul 19.00 WIB.
“Karena sudah dua puluh kali BAB terus-menerus, saya putuskan membawanya ke rumah sakit GMC karena lokasinya paling dekat,” jelasnya.
Setibanya di rumah sakit, putranya diperiksa oleh dokter yang bertugas malam itu. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa bayi tersebut belum mengalami dehidrasi sehingga diperbolehkan pulang.
“Padahal, kami sudah memohon agar anak kami dirawat terlebih dahulu, tetapi dokter hanya memberikan obat dan mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja,” tambah SY.
Karena terus diyakinkan oleh dokter, SY akhirnya membawa putranya pulang. Setibanya di rumah, ia memberikan obat sesuai anjuran dokter. Namun, pada Kamis pagi, bayinya meninggal dunia. “Setelah diberi obat, pagi harinya anak saya meninggal dunia,” ujar SY dengan nada sedih.
SY sangat menyesalkan keputusan dokter yang tidak mengizinkan anaknya untuk dirawat inap, meskipun kondisi bayi masih lemas akibat kehilangan banyak cairan.
“Kami sudah meminta agar anak kami dirawat setidaknya semalam, tetapi dokter tetap tidak mengizinkan dan kami harus pulang malam itu juga,” jelasnya.
SY juga menilai dokter seharusnya melakukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum mengambil keputusan, misalnya dengan tes laboratorium.
“Diare sebanyak 20 kali dalam sehari bisa menyebabkan dehidrasi parah, bahkan bagi orang dewasa sekalipun. Dokter hanya mendiagnosis secara perkiraan tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium,” tegasnya.
Atas kejadian ini, SY meminta pihak yang berwenang untuk memanggil dokter yang menangani dan memprosesnya sesuai aturan yang berlaku.
“Sikap dokter itu tidak mencerminkan profesionalisme dan melanggar kode etik. Jika tidak ada tindakan, saya akan melaporkannya secara hukum,” tandasnya.
Sementara itu, tim sinarlampung.co mencoba mengonfirmasi kejadian ini kepada pihak RS GMC. Namun, dokter yang bertugas malam itu tidak berhasil ditemui. Menurut petugas keamanan rumah sakit, manajemen sedang mengadakan rapat, dan pihak media masih terus berupaya mendapatkan informasi lebih lanjut. (Mahmuddin)