Bandar Lampung (SL) – Satu lagi destinasi wisata di Lampung yang perlu diketahui dan cocok untuk dikunjungi, yakni Taman Wisata Hutan Kera (TWHK) Bandar Lampung.
Wisata Fauna tersebut berada di Kota Bandar Lampung tepatnya di Jalan Dr. Ciptomangunkusumo, Sumur Batu, Kecamatan Teluk Betung Utara.
Meski kalah populer dibanding taman wisata lainnya, Hutan Kera memiliki daya tarik dan keunikan sendiri yang jarang diketahui orang.
Selain menyuguhkan suasana hutan yang berbeda, destinasi wisata satu ini ternyata memiliki nilai sejarah. Bahkan ada beberapa sarana dan prasarana di sana yang dipercaya bekas peninggalan penjajahan jepang dan belanda.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Taman Wisata Hutan Kera (TWHK) Lampung, Abu Mansur menceritakan sedikit tentang sejarah Hutan Kera.
Menurut Mansur, asal usul nama “Hutan Kera” diambil dari jenis hewan yang menjadi ciri khas dari wisata itu sendiri, yakni primata berjenis kera (Macaca Fascicularis) atau monyet ekor panjang.
Pada tahun 1993 lalu, seorang warga melepas satu ekor kera di kawasan hutan tersebut. Lalu seorang warga Teluk Betung kemudian melepas satu ekor lagi. Seiring berjalannya waktu, jumlah kera di kawasan hutan tersebut bertambah hingga 200 ekor hingga saat ini.
“Kera di sini rata-rata sudah jinak asal tidak mengagetkan kera bersahabat dengan semua pengunjung. Kita bisa langsung interaksi memberi makan,” kata Mansur kepada sinarlampung.co, Jumat 14 Juli 2023.
Mansur menambahkan, waktu terbaik untuk mengunjungi wisata yang memiliki luas 3 hektar itu adalah sepanjang hari (pagi-sore, red).
Punya Bunker Sumber Mata Air Peninggalan Belanda dan Goa Jepang
Bunker sumber mata air dan sebuah goa di wisata Taman Hutan Kera menjadi wahana yang bisa dikunjungi para wisatawan karena nilai sejarahnya.
Dua aset tersebut dipercaya menjadi bukti jejak penjajahan Jepang dan Belanda di Lampung pada masa lalu.
Dijelaskan Mansur, bahwa Bunker sumber mata air itu dulunya dipakai untuk mengisi lokomotif dari gudang agen Teluk Betung di zaman penjajahan Belanda. Uniknya, sampai saat ini Bunker tersebut masih bertahan dan berfungsi sampai sekarang.
“Mata airnya bersih mengalir selama 24 jam dengan tiga jalur. Saat ini bunker dikunci untuk menjaga sumber air tetap bersih,” ujar Mansur.
Selanjutnya, sebuah gua di lokasi wisata yang merupakan bekas peninggalan penjajahan Jepang. Gua ini memiliki panjang sekitar 3 km, dari Taman Wisata Hutan Kera sampai Ketapang Kuala, Panjang, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung.
Menurut Mansur, di masa penjajahan, goa ini dipergunakan tentara Jepang untuk melarikan ke Pelabuhan Panjang bila terjadi sesuatu.
“Waktu saya kecil sering juga masuk sejauh 20-30 meter ke dalam gua Jepang sekarang gak ada lagi yang berani karena takut ada ular dan hewan berbahaya lainnya,” ucap pria asli Gunung Sugih itu.
Dibalik keunikannya, diakui Mansur wisata yang berdiri sejak 1995 itu, perlu peningkatan dan perhatian, terlebih soal sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas.
“Di sini baru ada dua rumah pohon. Masih perlu bantuan dana untuk menambah fasilitas seperti tempat duduk di bawah pohon, gazebo, dan perbaikan toilet serta fasilitas lainnya,” pungkas Mansur. (Heny)