Jakarta (SL)-Penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya resmi menahan Mayjen TNI Purnawirawan Kivlan Zen setelah ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus kepemilikan senjata api ilegal per-hari Kamis 30 Mei 2019 hingga 20 hari kedepan. Dengan pengawalan ketat, Kivlan tampak digiring sejumlah anggota kepolisian ke dalam mobil khusus dan langsung dibawa ke Rumah Tahanan (Rutan) Militer Guntur, Jakarta Selatan.
Menanggapi penahanan ini warga Minangkabau tak terima.
“Buya kivlan di tangkap..
Setelah putusan MK
Minangkabau segera mengambil langkah strategis darurat .
Bersama indonesia atau tidak..
Sudah jijik..
Puncak dari segala kejijikan..
Negara ini udah ga jelas
Ga ada hukum..
demikian disampaikan akun @DatuakPanduko di twitter menanggapi penahanan Kivlan Zein.
“Buya jenderal kivlan zein banyak jasa nya..
Membebaskan sandera di philipina..
Ga pake uang negara berangkat..
Semua jasanya di balas penjara..,” lanjut akun @DatuakPanduko.
Mayor Jenderal TNI (Purn) Kivlan Zen lahir pada 24 Desember 1946 di Kota Langsa, Aceh, dari keluarga perantau Minangkabau. Semasa jadi pelajar ia juga aktif dalam organisasi KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Ia masuk Akademi Militer (Akmil) setelah lulus SMA pada tahun 1965. Ia merupakan alumni Akmil angkatan tahun 1971.
Mayjen Kivlan Zen adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia pernah memegang jabatan Kepala Staf Kostrad (Kas Kostrad) ABRI setelah mengemban lebih dari 20 jabatan yang berbeda, sebagian besar di posisi komando tempur. Pada tahun 2016 Kivlan Zen menjadi Negosiator penting yang berhasil membebaskan 18 Warga Negara Indonesia dari penyanderaan yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf Filipina.
#Save Mayjen (Purn) Kivlan Zen
Putra Minang adalah seorang Tentara Ninik Mamak. Bertindak dengan bijak, seperti menghela rambut dalam tepung.
Purn Jendral Kivlan Zein, lulusan Akademi Militer (Akmil) angkatan tahun 1971. Dia memilih pengabdian di Kesatuan Infanteri, Baret Hijau. Dimulai sebagai Komandan Peleton (1971), kemudian Ki-B Batalyon 753, hingga Danyon (1973). Pada, 1974, pasukan Kivlan berhasil meringkus gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Juga ketika bertugas di Timor Timur, Kivlan dinilai berhasil sehingga mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Dia menjabat Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 1/Cilodong/Kostrad (Kasdivif I Kostrad) dengan pangkat Kolonel, (1990). Tahun itu juga dia bertugas di Filipina, memimpin Kontingen Garuda. Lulusan Sekoad 1990 itu berhasil menjalankan tugasnya di Filipina.
Terbukti dari penghargaan (medali kehormatan) yang dianugerahkan secara khusus kepadanya oleh Presiden Filipina Fidel Ramos karena Kivlan dinilai berhasil membujuk pimpinan MNLF, Nur Misuari, agar mengakhiri konflik Moro di Filipina Selatan. Kivlan yang memimpin Kontingen Garuda XVII, Pasukan Konga 17 di Filipina juga berperan menjadi pengawas genjatan senjata setelah adanya perundingan antara MNLF dengan pemerintah Filipina.
Setelah itu, dia menjabat Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana, dengan pangkat Brigadir Jenderal. Naik jabatan menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad, berpangkat Mayor Jenderal dan terakhir menjabat Kepala Staf Kostrad (1998).
Dinamika kariernya terbilang mulus. Kendati tatkala berpangkat mayor, dia sempat menyandangnya selama enam tahun dan letnan kolonel baru dia dapatkan setelah tujuh tahun saat dia bertugas di Timor Timur. Namun, setelah menyandang pangkat kolonel tahun 1994, dia hanya butuh waktu 18 bulan untuk naik menjadi jenderal (bintang satu) dan kemudian berakhir dengan pangkat jenderal bintang dua dalam jabatan Kepala Staf Kostrad.
Kivlan memiliki talenta kepemimpinan yang terasah sejak kecil. Sebelum masuk Akmil, Kivlan sempat kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Raja Pejuang Batak melawan Kolonialis Belanda Sumatera Utara. Kala itu, dia memilih Fakultas Kedokteran karena ingin mengabdikan diri untuk kehidupan sosial. Saat masih pelajar, Kivlan sudah aktif dalam organisasi.
Dia telah bergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (1962). Pada 1965, menjabat sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Medan dan Ketua Departemen Penerangan KAMI Medan. Dia juga aktif dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
10 sandra dibebaskan dari tawanan kelompok Abu Sayyaf. Pembebasan sandra tersebut tanpa uang, air mata, apa lagi darah. Adalah Jendral Kivlan Zein, putra Minang pensiunan TNI. Lelaki shaleh dan sangat anti komunis tersebut rupanya jago diplomasi. Saya yakin dan percaya beliau memakai petuah orang tua, mamak dan guru beliau,