Lampung Selatan (SL) – Para pengungsi sudah mulai rindu kembali ke kehidupannya selama ini. Pemerintah hendak merelokasi mereka. Namun, soal lokasinya, pemerintah dan warga masih silang pendapat. Pemkab Lampung Selatan telah menyiapkan lahan dua hektare di Desa Kedaton Kecamatan Kalianda. Namun, warga masih keberatan karena merasa jauh dari kawasan aktivitas mereka mengais rezeki selama ini.
Munculnya Desa Kedaton sebagai daerah untuk relokasi korban tsunami setelah rakor para pemangku kepentingan sehari setelah kunjungan Presiden Jokowi ke Desa Kunjir dan Waymulu, Rabu (2/1).Pemkab Lampung Selatan memiliki stok lahan enam hektare di Desa Kedaton itu. Di lahan tersebut, rencana, pemerintah pusat akan membangun perumahan buat warga terdampak tsunami.
Menurut Plt Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto, lokasi pemukiman untuk para korban tsunami berdasarkan hasil survei tim di lapangan. Sebelumnya, ada usulan lokasinya di Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa. Namun, melihat lahannya berupa dataran tinggi, cukup curam dengan perbedaan ketinggian sekitar 24 meter, pemerintah khawatir longsor.
Selain itu, kata Nanang Ermanto, setelah memperhatikan kondisi lahannya, perlu adanya pematangan lahan (land clearing) dan hal itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. “Kalau dibangun di tempat yang sama, itu sama saja kita merencanakan pembunuhan. Makanya kita cari lokasi yang aman untuk warga, karena bencana alam ini tidak bisa kita duga-duga”, ungkapnya.
Berdasarkan Perda No. 15 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011-2031 tentang Kawasan Rawan Bencana, Kecamatan Rajabasa masuk dalam kawasan rawan longsor. “Saya minta sama Pak Camat dan Kades agar menyosialisasikan Perda ini kepada masyarakat yang terkena dampak tsunami. Beri penjelasan. Jangan sampai terjadi permasalahan,” katanya.
Bappeda juga akan pasang beberapa banner tentang Perda RTRW tersebut. Sedangkan untuk hunian sementara, lanjut Nanang, pihaknya telah menyiapkan tempat bekas Hotel 56 Kalianda untuk 128 Kepala Keluarga dari daerah pesisir yang masuk wilayah Kecamatan Rajabasa.
Tambahannya, Pemkab Lampung Selatan akan membuatkan shelter-shelter di halaman bekas hotel tersebut. Namun, belum semua warga sepakat direlokasi di Desa Kedaton. Warga merasa lokasinya jauh dari tempat asal mereka sebelumn, yakni di Desa Waymuli, Kunjir dan Sukaraja.
Alasan warga, mereka sudah puluhan tahun dan mencari nafkah di tempatnya semula. Jikapun pemerintah ingin membuatkan rumah, warga berharap tak terlalu jauh dari lokasi pemukiman mereka sebelumnya. Sebagian warga berprofesi sebagai nelayan.
Nur, salah seorang pengungsi korban tsunami, telah mengatakan hal yang sama kepada Presiden Joko Widodo saat mengunjungi lokasi desanya yang terkena dampak tsunami.
Jokowi sepertinya mendengar harapan warga ujarnya. Nur mengatakan warga cenderung menolak jika lokasi relokasi terlalu jauh dari tempat tinggal mereka sebelumnya. Hal yang sama diungkapkan pula oleh seorang warga yang rumahnya luluh lantak diterjang tsunami agar lokasi pemukimannya tak jauh dari desanya di Desa Sukaraja.
Bocoran dari warga, di Desa Waymuli, ada lahan yang cukup luas yang disinyalir milik Kementerian Kehutanan. Lokasinya tak jauh dari bibir pantai dan berada di dataran tinggi. Bahkan di lokasi yang berada tidak jauh dari tempat pengungsian warga di Desa Sukaraja di kaki lereng Gunung Rajabasa, ada juga tanah milik PT. KAI yang juga berada di dataran tinggi dan jauh dari bibir pantai. (rml/nt)