Surabaya (SL) – Dr. Mohammad Amien Rais menghadiri acara peringatan Milad Muhammadiyah ke 106 di Islamic Center, Jalan Dukuh Kupang Surabaya, Selasa (20/11/2018) pagi.
Acara ini diinisiasi oleh Pengurus Daerah (PD) Muhammadiyah Surabaya diawali dengan Gebyar Pawai Ta’aruf Milad Muhammadiyah 106 yang akan dimulai pukul 06.00 hingga 08.00 WIB.
Acara kali ini Milad Muhammadiyah mengambil tema “Ta’awun untuk negeri”. Peringatan milad tersebut akan dimulai pada pukul 08.45 WIB dengan acara Pidato Milad oleh KH Dr. Mahsun Djayadi M.Ag selaku pimpinan PD Muhammadiyah Kota Surabaya.
Dalam peringatan tersebut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir dalam sambutannya mengatakan, tema Ta’awun untuk Negeri membawa pesan kepada seluruh komponen bangsa agar secara kolektif kolegial, mengerahkan segala daya mengelorakan semangat, pemikiran, dan tindakan-tindakan nyata saling menolong dan bekerjasama demi kebaikan, kemaslahatan, serta kemajuan bangsa dan negara,”pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, penasihat PP Muhammadiyah Amien Rais dalam sambutannya menjelaskan, bahwa dirinya akan menjewer Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir karena tidak memberikan arahan yang jelas kepada warga Muhammadiyah dalam menentukan pilihan pada Pilpres 2019.
“Kalau ketua Muhammadiyah itu ngomong terserah, itu akan saya jewer, itu tidak betul,” tegas Amien saat hadir dalam peringatan Milad ke 106 Muhammadiyah Surabaya di Islamic Center Surabaya, Selasa (20/11/2018).
Dalam Pilpres sikap Muhammadiyah harus jelas, karena Pilpres hanya merebutkan satu kursi dan sangat menentukan keberlangsungan pemerintahan dalam negeri. Menurut Amien, Pilpres itu berbeda dengan Pileg, yang lebih fleksibel karena kader Muhammadiyah tersebar di berbagai partai, selain itu Pileg memperebutkan 575 kursi DPR RI, tidak hanya satu seperti Pilpres.
“Oleh karena itu sangat keliru jika Muhammadiyah mengatakan Politik tidak penting yang penting kita bisa shalat, tidak diganggu puasanya, tarawih Ramadan lancar itu sudah cukup dan kekuasan biar diurus yang lain kita tidak perlu ikut-ikutan. Itu Muhammadiyah konyol, Muhammadiyah sontoloyo,” tandasnya. Dia menambahkan, politik, ekonomi, sosial akhlak, dan hukum semua terintegrasi menjadi satu dan antara Islam dengan politik tidak bisa dipisahkan.
“Sudah dikatakan kalau sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, hidupku ini maksudnya hidup politik ku ekonomi ku sosial ku hukum ku dan terakhir kematian ku aku persembahkan kepada Allah Tuhan semesta alam,” tambahnya.
Warga Muhammadiyah harus memilih pemimpin yang betul betul beriman, tidak diragukan lagi keislamannya dan tidak ingkar pada janjinya sendiri, tutup Amien.