Pringsewu (SL) – Ketua koordinator Presidium Komite Pemantau Kebijakan dan Anggaran Daerah (KPKAD) Lampung, Gindha Ansori Wayka, prihatin dengan ulah oknum anggota dewan Pesawaran asala Fraksi PKB, yang dikabarkan meninggkaln Id Car Dewan di Hotel, dan isu bersama perempuan. Selain terindikasi kode etik, KPKAD menduka ada pelanggaran hukum, terkait pengelolaan tambang Pasir Ilegal.
“Ya, saya kaget baca diberita. Sangat disayangkan adanya oknum anggota dewan yang dikabarkan bermalam di salah hotel di Pringsewu bersama rekannya, dan ada seorang wanita. Selain belum membayar bill Hotel selama lima hari, Kholid disebutkan hanya meningggalkan ID kartu anggota DPRD Pesawaran, atas nama H Kholid Hartanto, asal Fraksi PKB,” katanya, Selasa, (2/10/2018).
Informasi lain menyebutkan. ada indiksai oknum anggota DPRD Pesawaran H Kholid Hartanto, asal Fraksi PKB itu mengelola tambang pasir ilegal, diwilayah Pringsewu. “Ada kabar mengelola tambang pasir yang diduga belum memiliki izin tambang, di Pekon Sumber Bandung, Kecamatan Pardasuka. Nah, ini ranah penegak hukum yang harus turun. UU menyatakan anggota legislatif tidak boleh memiliki usaha yang bersentuhan dengan pemerintahan.” katanya.
Ginda juga meminta Badan Kehoramatan (BK) DPRD Pesawaran untuk respon kabar yang beredar di masyarakat, terkait anggota legislatif. “Termasuk Fraksinya, Partai Kebangkitan Bangsa, bisa mengevaluasi anggotanya di legislatif. Indikasi kejahatan bukan hanya soal narkoba, tapi juga hal lain,,” katanya
Sebelumnya diberitakan Anggota DPRD Pesawaran H Kholid Hartanto, asal Fraksi PKB, dikabarkan bermalam di salah hotel di Pringsewu bersama rekannya, dan ada seorang wanita. Selain belum membayar bill Hotel selama lima hari, Kholid disebutkan hanya meningggalkan ID kartu anggota DPRD Pesawaran.
Sementara H. Kholid Hartanto tidak membantah dirinya berada di salah satu Home Stay (penginapan) di Kecamatan Pringsewu. Namun dia membantah tudingan dirinya bersama wanita. Dirinya merasa dijebak, dan merasa dirugikan atas peristiwa tersebut.
“Saya sangat dirugikan atas peristwa tersebut. Karena saya tidak menyangka akan dipermainkan oleh sahabatnya sendiri. Benar saya disana. Tapi tidak sampai lima malam. Saya sangat dirugikan dengan adanya kejadian tersebut, baik secara moril maupun materi, atas ulah teman sendiri,” katanya, kepada sinarlampung.com, Senin (1/10).
Holid menceritakan, awalnya, Senin pekan lalu, dia baru pulang dari lokasi pekerjaan tambang pasir, di daerah Pekon Sumber Batu, Kecamatan Pagelaran Utara. Lalu mampir kerumah rekannya di Kecamatan Pringsewu. “Saya masih pakai celana pendek, mau numpang mandi dan sholat, dirumah temen bernama Yanto,” kata Holid.
Namun, kata Holid, Yanto, menawarkan istrirahat di salah satu hotel melati, yang murah, hanya Rp350 ribu, dengan pasilitas lengkap. “Sama Yanto saya diajak minep dihotel, katanya Rp300 semua lengkap mau mandi, dll, dan Yanto bilang nanti dia yang bayarin,” katanya.
Lalu, mereka berangkat menuju hotel tersebut. Holid mengaku lupa namanya. “Kami berangkat, arahnya dari terminal Pringsewu lurus. Aduh pastinya saya lupa, pokoknya sebelah kanan,” katanya.
Sampai di Hotel itu, Holid menceritakan dia melakukan mandi cuci kakus (MCK),. “Sampai saya mandi, dan bla bla, beli nasi, makan. Nah temen saya pinjem mobil mau beli rokok. Kebetulan rokok saya juga habis, lalu dan datang temen yang lain lagi. Kami ngobrol ngobrol,” katanya.
Tak lama, temen teman lainnya pamit pulang. Yanto yang beli rokok datang, tapi kemudian pegi lagi, katanya mau jemput temennya. “Ya saya bilang jangan lama lama,” katanya.
Nah, Yanto, datang lagi bawa cewek, “Saya tau banyak cctv. Kepikiran saya jagi gak enak. Nanti jadi mainan lawan politik. Menghormati, kami ngobrol ngobrol sekitar satu jam, dan saya pamit pulang,” katanya.
Sebelum pulang, Kholid minta dicarikan anak yang meminta Kartu Identisanya. Karena sejak datang kesana, tidak satupun rekan rekannya yang mau meninggalkan kartu identas di sana. “Saya bilang, coba cari anak tadi yang minta KTA saya. Dikatakan yang lain, anaknya lagi pergi dan tidak ada. Saya titip ini uang Rp350, kasi ke anak yang bawa KTA saya,” katanya.
Lalu, Kholid pesan tolong ambilkan KTA itu, dan titipkan kepada Joni. Lalu esoknya Kholid mengaku mendatangi rumah Joni, untuk mengambil KTAnya. “Besoknya saya ke Joni, tapi Joni menyatakan belum ada yang datang atau mengatra KTA itu. Besoknya lagi, saya suruh sopir ke penginapan, ambil KTA saya. Ternyata sopir bilang tidak ada orang. Lalu pulang dari kantor saya sendiri mampir kesana ambil KTA, juga tidak ada,” katanya.
Nah, malamnya, sekembali dari Home Stay itu, saya di telpon seorang wartawan. Yang mengaku wartawan Radar. Bilang mau konfirmasi, soal bermalam empat hari dan tidak bayar, meninggalkan KTA. “Ngaku wartawan radar, katanya saya ga bayar empat malam, dan ninggalkan KTA. Dan saya bantah semua. Saya tidak pernah minap disana, nama homestay, saya lupa. Masa saya suruh bayar Rp1,750 juta. Inikan gila,” katanya.
Kholid kemudian menghubungi Yanto, untuk menanyakan kunci hotel. Dan Yanto, menyatakan lupa untuk mengembalikan. Dan Kholid mengaku merasa aneh, tiba tiba muncul kabar ini, dan foto KTAnya tersebar kemana mana. “Saya juga aneh juga kok muncul hari ini, yang pasti saya tidak ada niat untuk macem macem. Apalagi ada fitnah saya bersama wanita, saya yakin itu tidak benar,” katanya.
Kholid menambahkan bahwa kini masalah tersebut sudah clear. Menginap lima hari adalah tidak benar, karena laibi manapun tidak menguatkan. Kholid mengaku sebagai korban, terkait jabatannya. “Sudah saya clearkan, saya minap lima hari tidak benar, alibi tidak menguatkan. Saya korban, dan terkait jabatan saya.
Kholid menegaskan saat ini masih menunggu etikad baik, dari temannyayang sudah menerima uang darinya, dan membawa kunci home stay itu. Karena janjinya, akan datang kerumahnya, untuk meminta maaf dan menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi. Dan mereka akan mengembalikan semua kerugian dirinya.
“Saya juga sangat menyesalkan isu yang beredar saya membawa cewek. Padahal saya sama sekali tidak merasa membawa cewek ke home stay tersebut. Yang membawa cewek itu yang saya sebutkan tadi di atas. Sekali lagi, saya heran saya tidak pernah menginap ditempat tersebut, apalagi bawa cewek,” katanya.
Semestinya pihak Home Stay bisa menghubungi dirinya, agar tidak terjadi seperti ini. “Niat ssaya baik mas. Makanya kami datang serombongan masuk, mereka tidak satupun bawa KTP. Kebetulan KTP saya juga sedang dipakai untuk perpanjang pasport buat umroh, maka saya kasi KTA kepada pengelalola,” katanya. (wagiman/Juniardi)