Bandarlampung (SL)- Ketua Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Lampung Andi Wijaya mengatakan berdasarkan data yang dirilis oleh KPA Provinsi Lampung kasus HIV AIDS dari tahun 2002—2016 meningkat cukup tajam. Pada 2014 sebanyak 251 kasus HIV dan 71 penderita AIDS, pada 2015 sebanyak 269 kasus HIV, dan 7 kasus Aids, sedangkan pada 2016 kasus HIV mencapai 401 kasus dan AIDS sebanyak 76 kasus.
Dia melanjutkan yang menjadi fokus perhatian bagi KPA kini adalah terus menyosialisasikan penanggulangan dan pencegahan bahaya virus HIV kepada pelajar dan mahasiswa. Hal ini disebabkan orang mudalah yang rentan terhadap penyakit ini. Selain itu, memberikan support agar ODHA bisa tetap berdaya dan melakukan aktivitas sehari-hari sebagaimana masyarakat pada umumnya.
Misalnya, pelatihan peningkatan kapasitas, keterampilan dan sosialisasi. Pemerhati HIV AIDS, Boy Zaghlul Zaini, mengatakan saat ini klinik VCT dan obat ARV sudah mulai tersebar di beberapa kabupaten, seperti Lampung Selatan, Tulangbawang Barat, serta berbagai faskes baik klinik kesehatan maupun Puskesmas yang melayani konsultasi dan klinik VCT. Dengan demikian, pasien ODHA tidak perlu jauh-jauh untuk menebus obat di provinsi. Setiap harinya, puluhan ODHA mengambil obat di Klinik Kanca Sehati di RSUDAM.
Cegah HIV Dengan Stop Sek Bebas
Setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia, dan Indonesia menjadi salah satu negara paling banyak yang mengidap virus ini. Virus yang ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman dan penggunaan jarum suntik ini hingga sekarang belum ditemukan obatnya. Sebab itu, orang dengan HIV/AIDS atau ODHA wajib minum obat rutin seumur hidupnya agar virus tersebut tidak menyebar.
Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Provinsi Lampung Asih Hendrastuti menguraikan ada dua penyebab orang tertular virus HIV, yakni hubungan seks yang tidak aman serta penggunaan narkotika jenis suntik (penasun).
Asih menjelaskan virus HIV tidak tertular dari ciuman, air ludah, gigitan, bersin, berbagai perlengkapan mandi, handuk, peralatan makan, memakai toilet atau kolam renang yang sama, atau digigit binatang atau serangga seperti nyamuk.
Cara yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran darah seperti dinding anus, air susu ibu (ASI), sperma, serta cairan vagina termasuk darah menstruasi. “HIV menular melalui sel darah putih, ada virus di dalam darah. Oleh karena itu, orang bisa terkena virus HIV melalui transfusi darah atau hubungan seks. Sebab, bagaimanapun berhubungan seks ada perlukaan dan virus tersebut masuk,” kata Asih ditemui di Universitas Mitra Lampung, Jumat (24/11/2017).
Menurutnya, perempuan hamil yang dinyatakan positif HIV harus melalui operasi caesarean. Sebab, saat seorang perempuan melahirkan, mesti ada luka di jalan lahir. Selain itu, perempuan yang positif HIV juga tidak diperbolehkan memberikan ASI kepada bayinya. Hal ini untuk mencegah agar bayi tidak tertular virus tersebut. Dengan demikian, wanita yang dinyatakan positif hamil baik yang berisiko maupun yang tidak wajib melakukan tes HIV untuk mendeteksi dini virus.
Asih melanjutkan hingga kini belum ada obat untuk virus ini. Oleh sebab itu, ODHA harus minum obat rutin antiretroviral (ARV) seumur hidup, yang berfungsi menahan perkembangbiakan atau memandulkan virus. Obat tersebut diberikan dalam bentuk tablet yang dikonsumsi setiap hari dan disarankan melakukan pola hidup sehat. Misalnya, dengan makanan sehat, tidak merokok, mendapatkan vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya.
Asih menerangkan orang yang terserang HIV sistem kekebalannya akan menurun drastis. Mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS. Sayangnya, ARV hingga saat ini belum tersedia di semua layanan kesehatan, termasuk rumah sakit dan puskesmas di Lampung. Biasanya ARV baru ada di rumah sakit tipe B atau puskesmas tertentu.
”Obat rutin tersebut harus diminum teratur setiap 24 jam. Jika sehari saja tidak minum, dapat menjadi celah virus untuk menyebar. Kemudian belum semua rumah sakit ada ARV. Kalau yang sudah pasti, ada di RSUDAM.” Katanya.
Dia menambahkan cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara aman dan tidak berbagi jarum atau peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah berhubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko untuk terinfeksi HIV.
Asih mengungkapkan virus ini tidak mengenal batasan usia, sehingga semua orang berisiko terinfeksi HIV. Untuk memperingati Hari HIV Aids Sedunia saat ini pemerintah telah menggalakkan program peringatan khusus bagi masyarakat umum dan masyarakat berisiko. Seperti dilangsir lampungpost.co. (lp/nt/jun)