Bandarlampung (SL)-Ketua Forum Masyarakat Transparansi Lampung (FMTL) Hari Kohar meminta managemen Rumah Sakit Abdoel Moeloek, mengusut tuntas dugaan pungutan liar (Pungli) mobil ambulan dilingkungan RSUD Abdoel Moeloek, yang berbuntut kasus jenazah bayi harus dibawa pulang dengan naik angkutan kota (Angkot).
“Saya dengar ada kabar sopir ambulan minta Rp2 juta. Itu tidak benar, dan harus diusut. Karena gara gara ulah oknum yang aji mumpung itu, wajah rumah sakit daerha Lampung yang sedang dibenahi Pemerintah Provinsi lampung dari fasilitas dan pelayanan, jadi rusak. Ini masalah kemanusian, saya harap jangan lagi ada oknum yang “ngolah” untuk kepentingan pribadi,” kata Hari Kohar, semalam.
Menurut Hari Kohar, pihak RSUD Abdul Moeloek sudah menonaktifkan oknum sopir ambulan itu dan memindah tugaskan seorang perawat. Dan Pemerintah Provinsi Lampung juga sudah mengutus tim mengunjungi rumah duka, sebagai bentuk kepedulian dan menyerahkan santunan ke keluarga bayi almarhum. “Soal respon cepat pemerintah provinsi Lampung itu kami mengapresiasi, tentu atasa nama Gubernur Ridho Ficardo,” kata Hari Kohar.
Kohar juga meminta pihak rumah sakit RSUD Abdoel Moeleok, transparan terhadap mekanisme penggunaan fasilitas pelayanan rumah sakit itu, termasuk penggunanaan Mobil ambulan bagi pasien. “Harusnya di tulis yang besar-besar agar masyarakat tau dan paham atas haknya terhadap fasilitas tersebut,” katanya.
Termasuk, kata Hary, alternatif ambulan lain yang tersedia di masyarakat. Hary Kohar mengharapkan hal ini jadi pelajaran bagi pihak rumah sakit untuk mengevaluasi lagi manajemen dan personelnya. “Jangan bermain-main dalam wilayah kemanusiaan. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga, gara-gara oknum ambulan, rusak wajah rumah sakit yang sedang diperjuangkan Pemprov Lampung jadi rumah sakit terbaik di Lampung,” katanya.
Ny Delvasari menyatakan pihaknya beserta keluarga besar sudah mengiklaskan kepergian bayinya. “Keluarga sudah ikhlas, segitu umurnya mau diapakan,” kata Delvasari di kediamanannya Gedung Nyapah, Kecamatan Abung Timur, Lampung Utara, Kamis (21/9/2017).
Delvitasari juga berterima kasih atas kepedulian Gubernur M. Ridho Ficardo yang mengutus tim ke rumah duka dan menyampaikan santunan. “Saya yang terkena musibah mengucapkan banyak terima kasih sama Bapak Gubernur,” kata Delvasari.
Direktur Diklat dan SDM RSUDAM, Arief Effendi, menyampaikan duka, “Siapa pun pasien baik itu BPJS atau umum tindakan pelayanannya sama. Kami tidak membeda-bedakan,” katanya.
Ditambahkannya, RSUDAM adalah tipe B kami memang benteng terakhir sebagaimana perintah Bapak Gubernur, pasien berhenti (sembuh) di RSUDAM sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di Lampung.
Terkait pemberitaan yang menyebutkan ada permintaan dana Rp2 juta, Direktur Umum RSUDAM Ali Subaidi, mengatakan tengah menyelusurinya karena sang sopir, John Sinaga, tak masuk sejak insiden tersebut. RSUDAM juga memberikan sanksi berupa pemindahan ke bagian lain ke perawat Dwi Hartono. “Seharusnya cek and ricek atas jenazah, namun tidak dilakukan. Perawat harusnya memastikan jenazah naik ambulan,” kata Ali Subaidi.
Sebelumnya seorang ibu asal Lampung Utara pulang menggendong jenazah bayinya di angkutan umum. Si ibu sambil terus menangis menceritakan kepada pengunggah foto admin seputar_lampung pada Rabu sore (20/9/2017) bahwa dia tidak mendapat pelayanan mobil ambulans dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
Sang ibu yang belakangan diketahui bernama Delvasari menceritakan, anaknya meninggal setelah menjalani operasi di RSUD Abdoel Moeloek Lampung dengan menggunakan BPJS. Namun ketika ia meminta jenazah dibawa dengan ambulans, pihak rumah sakit disebut tak bersedia. (Juniardi)