Pelacur adalah gambaran yang buruk bagi masyarakat luas, terutama di tempat yang sangat menjunjung nilai-nilai adab perilaku dan ketuhanan. Istilah Pelacur kini di Indonesia disebut PSK memang selalu punya image yang tak baik di mata semua orang. Tapi tidak sedikit dari jutaan kisah pelacur yang mampu merenyuhkan hati.
Salah satunya kisah wanita bernama Mary, di Yokohama Jepang, yang menjadi pelacur hingga usai 80 tahun. Perjalanan hidupnya kini menjadi perbincangan dunia. Kisah nyatanya dijadikan filem “Yakohama Mary”. Wafat diusia 83 tahun dan dia sudah menjajakan dirinya selama lebih dari 60 tahun.
Dia biasa dipanggil Mary, dalam foto-foto dirinya, bisa ditemukan kalau ia selalu merias dirinya dengan wajah yang putih, mata yang hitam tebal, rambut berwarna perak dan selalu memakai rok panjang berwarna coklat putih. Walaupun riasannya cukup mengagetkan banyak orang, tapi dia selalu dengan penuh kharismanya berdiri setiap harinya.
Di saat semua orang tua kebanyakan berada di rumah menikmati hari-hari tuanya menjaga cucu, tapi Mary harus menarik koper yang besar dan berjalan sendiri. Tak banyak orang yang mau mendekati dirinya, tapi sebenarnya dia punya kisah memilukan.
Dan seorang sutradara yang tahu kisah Mary yang sebenarnya, langsung membuat sebuah film dokumenter berjudul “Yokohama Mary” dan diatas covernya tertulis “50 tahun terakhir ini, dia adalah seorang PSK, tapi sekarang dia menuliskan sejarah di Yokohama”
======
Cerita apa sebenarnya tentang Mary hingga bisa membuat banyak orang berempati jika sudah mendengar kisahnya. Semua dimulai dari sebuah iklan, waktu itu dia yang baru berusia 20 tahun dan berparas sangat cantik, bisa berbahasa inggris dan bermain musik, bahkan tulisan tangannya pun sangat bagus.
Pada tahun 1945, waktu Jepang kalah dalam perang dunia kedua, ayahnya meninggal dalam peperangan, adiknya menerima seluruh kekayaan keluarganya. Mary dengan sedih menerima kenyataan itu lalu memutuskan kabur dari rumah.
Di usianya yang ke-24 tahun, dia mencari pekerjaan di luar, tapi saat itu memang sangat sulit mencari pekerjaan, apalagi untuk seorang perempuan. Suatu hari Mary melihat sebuah iklan di koran yang bertuliskan “Untuk wanita, Klub asing mencari pegawai wanita, diberi tempat tinggal, makanan dan pakaian, serta gaji tinggi sebagai wanita umur 18-25 tahun”
Mary pun langsung tertarik dan bergegas pergi untuk mendaftarkan dirinya, dan ia pun berhasil mengalahkan 60.000 pesaing lainnya dengan kecantikan dan kemampuan bahasanya. Tapi dia tidak tahu kalau iklan itu sebenarnya didesain oleh Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo RRA yang merupakan “Asosiasi fasilitas kenyamanan spesial”.
Dengan begini, dia akan menjadi “pemuas nafsu” para tentara Amerika, setiap malamnya banyak pria yang mengantri, dan dia dimasukkan ke dalam kamar, dalam satu hari dia bisa menerima sampai 55 orang.
Saat Mary mengingat pahitnya kenangan ini, ia merasa tidak tahan dengan situasi yang seperti ini. “Ini adalah perasaan yang tak bisa diucapkan, sekali masuk tidak ada jalan keluar”
Waktu itu pemerintah Jepang mengira hanya dengan mengorbankan sebagian kecil perempuan muda, dapat menggantikan keselamatan banyak orang. Namun yang terjadi justru masa muda kaum perempuan tersebut akan hilang begitu saja. Mereka layaknya seperti binatang bahkan tidak lebih baik dari binatang.
Apalagi tentara Amerika sebagian besar tidak bersedia menggunakan kondom, dan dengan cepat bisa menularkan berbagai penyakit. Namun tahun 1946 asosiasi ini diketahui oleh dunia luar hingga akirnya dibubarkan.
Mary tanpa menerima sedikitpun bayaran langsung dibuang ke jalanan. Dia bukan hanya tak punya pekerjaan, bahkan kehormatannya sebagai seorang wanita terasa tidak ada, ia bahkan harus terus menjajakan dirinya untuk bertahan hidup.
Mary tidak seperti perempuan-perempuan lain yang memiliki profesi sepertinya, ia adalah perempuan yang lebih spesial, ia bisa menggambar, bermain musik dan pandai berbahasa Inggris. Atas kelebihannya itu, bukan lagi tamu yang memilihnya, tapi Mary lah yang memilih tamu.
Kedudukannya di jalanan Yokohama sama seperti seorang ratu yang menarik perhatian banyak orang, dia bahkan sempat dijuluki sebagai “Ratu yang mulia”. Hingga suatu hari dia jatuh cinta pada seorang tentara Amerika, bahkan tentara ini menghadiahkan cincin jamrud yang sangat mahal kepada Mary.
Tak lama kemudian terjadilah perang Korea, dan kekasihnya ini harus dikirim ke tempat lain, padahal saat itu untuk pertama kalinya Mary berapi-api mencintai seseorang. Tentara itu berjanji akan menjemput Mary, Mary juga berjanji akan menunggunya, tapi ternyata sekali menunggu, harus 40 tahun lamanya, ia sudah menjadi “Pelacur tua” di Yokohama.
Bahkan belum tahu kapan janji itu akan ditepati. Mary pun memutuskan untuk tetap berada di Yokohama dan mengatakan “Ini adalah satu-satunya tempat di Jepang dimana kami bisa bertemu lagi”, Walaupun kecantikan di masa mudanya sudah hilang, tapi dia tetap merias wajahnya dengan bedak yang tebal setiap harinya yang sesuai dengan panggilannya.
“Ratu yang mulia”, hal itu dilakukannya karena ia taku lelaki yang dicintainya tidak lagi mengenalinya. Jika ia melakukan hal ini (memakai bedak tebal), dia merasa bebas dan hidup dengan kebanggannya selama ini.
Selama ini dia selalu memuaskan setiap tamu apapun keinginan mereka, hanya 1 yang ia minta, yiatu tidak boleh menciumnya. Dia berkata “Aku boleh menjual diri, tapi tidak menjual hati”.
Kini dia jadi suatu pemandangan biasa di Yokohama. Perlahan-lahan, masyarakat setempat mulai takut dan mengucilkannya, mereka merasa dia sangat memalukan, bahkan ada banyak toko-toko yang tidak mengijinkannya masuk.
Dia bahkan pernah 22 kali ditangkap oleh polisi, alasannya hanya karena “mengganggu pemandangan di kota”. Tapi setelah meninggalkan kantor polisi, walaupun ia sudah bekerja dan mendapat uang, ia tetap merasa dirinya adalah seorang PSK.
Suatu kali dia pergi ke sebuah salon, sebelum masuk dia mendengar seorang berambut keriting berteriak, “Kalau aku sekali-kali melihat wanita bangsat satu ini datang kesini, aku nggak akan pernah datang lagi.”
Begitu pemilik salon melihat Mary, dia langsung berkata, “Mohon maaf, tapi selanjutnya kamu tidak bisa datang lagi.”
Mary tidak marah, hanya dengan penuh rasa sopan bertanya, “Apa benar tidak boleh lagi?”
Bos salon dengan tegas mengiakan, Mary menjawab dengan tenang, “Begitu ya, kalau begitu ya sudahlah.”
Dia membawa tas besarnya pergi dari sana. Jika merasa lelah, Mari akan pergi ke sebuah gedung dan istirahat.
Seorang bos memberikan sebuah kursi untuknya, Mary mengukir huruf China dan Jepang “Aku cinta kamu” di kursi tersebut. Malam hari, Mary selalu meringkuk di kursi tersebut untuk istirahat, karena ia merasa itulah satu-satunya tempat ia beristirahat dan tidak diusir.
Walaupun nggak sedikit juga orang yang mau membantu Mary, tapi ia selalu menolak, setiap tahunnya dia selalu menuliskan kartu ucapan terima kasih bagi orang-orang yang telah menolongnya, ia bahkan memberikan bos yang mengijinkannya tidur di gedung itu sebuah handuk.
Walau hanya sebuah handuk, tapi mereka sudah bisa merasakan ketulusan yang diberikan Mary pada mereka. Suatu hari ada seorang perempuan yang mentraktirnya minum tek, Mary malah berkata “Kamu siapa? Aku nggak kenal!”.
Perempuan tersebut marah dan mengadukan hal tersebut kepada suaminya. “Kamu ngapain, kalau orang lain lihat kamu sama dia, kamu bakal dikira juga seorang PSK” demikian kata suaminya. Sejak saat itulah perempuan itu tahu kalau Mary sengaja melakukan hal tersebut untuk melindungi dirinya. Dia takut mencelakakan orang lain, untuk itulah Mary dengan terpaksa mengusirnya.
Beberapa tahun kemudian ia mengenal seorang gay yang juga bekerja sebagai pelacur lelaki dan penyanyi yang membuka sebuah bar bernama “Blackcat”. Karena ibu dari pria ini juga adalah pelacur, seluruh keluarga mereka dulu cuman hidup dari penghasilan sang ibu, maka ia memperhatikan Mary.
Melihat Mary, ia selalu teringat akan ibunya, ia merasa harus menolong Mary supaya bisa membalas jasa ibunya. Pria ini mengundang Mary seminggu sekali datang ke tempatnya untuk makan dan mengobrol, bahkan naik pentas, ia juga selalu menyiapkan tempat khusus untuk Mary.
Tahun 1995 lalu, Mary mendadak hilang, sebelumnya ia menuliskan sebuah surat bagi pria ini, “Kalau masih memberikan aku 30 tahun lagi, aku pasti akan berusaha menjadi seorang tua yang baik, aku masih punya banyak mimpi…”
Belakangan pria ini terkena kanker, ia juga takut kucing kesayangannya tidak ada yang merawat, saat inilah ia menerima surat kalau Mary mau kembali ke Yokohama. Ternyata selama ini Mary tinggal di sebuah panti jompo yang ada di kampungnya.
Pria ini langsung pergi untuk menemuinya, kini Mary sudah menghapus semua riasannya yang telah menemaninya selama puluhan tahun. Pria ini bahkan sempat menyanyikan lagu di rumah jompi tersebut, tapi Mary sudah sama seperti nenek biasa yang duduk di bawah pentas menonton pertunjukkan.
Setelah pria ini selesai pertunjukan, Mary menyalaminya dan berkata akan bersama terus sampai 100 tahun. Tidak lama kemudian, pria ini meninggal. Tahun 2005, Mary yang berusia 83 tahun juga meninggal dunia, bahkan sampai nafas terakhirnya, ia juga tidak bertemu dengan tentara Amerika itu.
Kini Mary selamanya pergi dari Yokohama, barulah orang-orang mulai mengenalinya dan menjadikannya sebagai bagian dari sejarah Yokohama. Mereka mulai menyesali mengapa dulu begitu mengucilkannya dan menjadikannya sampah masyarakat.
Keberadaan Mary sebenarnya adalah cerminan dari kota Yokohama, ia adalah setiap kelemahan dari orang-orang di kota tersebut, yang selalu ditolak oleh semua orang, sama seperti menolak ibu kandung sendiri yang bekerja sebagai pelacur.
Cerita Mary kini sudah didokumentasikan menjadi sebuah film dokumenter, bahkan sudah ditulis sebagai puisi dan dipentaskan menjadi sebuah drama. Kini seluruh dunia mengenalnya, Mary yang tidak pernah menyerah akan kehormatan dan cintanya.
Sumber: Film Yokohama Mary diambil dari kisah nyata. Cerita ini bukan karangan sutradara atau pun penulis, melainkan benar-benar terjadi.