Bandar Lampung (SL)-Lukisan karya Bambang SBY berjudul “’Gelegar Samudera Bergejolak” adalah visualisasi letusan gunung Krakatau di atas kanvas ukuran 50 × 65 cm. Seni rupa yang bernilai estetik dan ornamen yang khas tersebut terpajang dalam Pagelaran Seni Budaya Sanggar Pojok JamSeni.
Pagelaran Seni-budaya diprakarsai oleh Bambang SBY sendiri secara independen. Didukung DKL dan PASTI SERU, prosesi dan progres berlangsung di Markas Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Lampung, Jl. Pangeran M Noer (Karya Muda 3) No. 2, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung dan Dewan Kesenian Lampung (DKL).
Lukisan dengan tampilan letusan maha dahsyat gunung Krakatau itu menggunakan Swarna Tirta Jenggala (Aquarel fleksibel permanen/berbasis air kopi/organik dan anorganik) di atas kanvas. Ini merupakan salah satu bagian dari karya tentang 1001 Legenda Krakatau dari tema yang di gali dari fenomena Gunung Batuwara/Krakatau purba sampai masa kini.
Saat ini Potensi destinasi pariwisata Gunung Anak Krakatau masih dinikmati dan diminati dunia. Sayangnya Banten dan Lampung sebagai pemilik destinasi dan wilayah geografis hanya sebagai penonton dan belum menikmati keberadaan Gunung Krakatau sebagai destinasi wisata.
Keterangan Bahan Lukisan
Seperti yang telah disebutkan, proses melukis menggunakan media Swarna Tirta Jenggala (STJ) Aquarel fleksibel permanen. Media ini Diracik sendiri dari pigmen campuran, organik, anorganik dan binder berbahan organik berbasis air. Semua bahan ini dihasilkan dari hutan dan sumber alam yang ada di Lampung dan Sumatera.
Sementara, cat yang dipakai yakni cat berbasis air yang mengandung pigmen kopi dipergunakan sebagai pengantarnya. Keistimewaan pigmen kopi akan menimbulkan efek yang memiliki karakter sangat kuat, dengan teknik khusus cat air dari bahan organik menghasilkan efek tampilan sangat lembut alami dan berkarakter sangat kuat.
Pada umumnya diseluruh Dunia lukisan berbahan cat air memiliki karakter semu, setipis kulit ari, tetapi cat STJ berkarakter asli, setebal dan sekasar apapun tetap lentur dan fleksibel. Sekasar kulit badak.
Deskripsi Karya Seni Rupa
Krakatau atau Krakatoa (Rakata) adalah kepulauan vulkanik aktif berada di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra. Gunung Krakatau sirna karena meletus (26-27 Agustus 1883). Kawasan ini sekarang merupakan cagar alam yang memiliki empat pulau kecil: Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang (Rakata Kecil) (2019).
Berdasarkan kajian geologi, kepulauan ini berasal dari sistem gunung berapi tunggal Krakatau yang pernah ada di jaman purba.
Krakatau/Krakatoa/Rakata
Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa dan menyebabkan gelombang tsunami terdahsyat di kawasan Samudra Hindia.
Suara letusannya terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa sampai Eropa. (Wikipedia).
Lukisan Ilustrasi Akhir Zaman
Fenomena alam ini merupakan Petunjuk Tuhan Allah Subhanahu WaTa’Ala tentang Kebesaran dan Ke-Maha KuasaNya (Hari Kiamat), dengan segala Bencana dan AnugerahNYa terhadap manusia dan alam semesta, diilustrasikan dalam karya multimedia, untuk dapat kita petik Hikmahnya menjadi Berkah dan Hidayah.
Dalam QS. Al-Qari’ah Ayat 5
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَتَكُوۡنُ الۡجِبَالُ كَالۡعِهۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِؕ
Wa ta kuunul jibalu kal ‘ihnil manfuush
Dan Gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
(Juz ke-30)
Tafsir
Dan pada hari kiamat itu pula gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Gunung yang demikian kekar diempaskan sehingga menjadi abu, kemudian disapu oleh angin dahsyat hingga beterbangan, menjadikan bumi terhampar rata.
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa gunung-gunung yang telah hancur itu beterbangan dari tempatnya seperti bulu halus yang diterbangkan angin. Lalu bagaimanakah keadaan manusia yang mempunyai tubuh yang lemah itu bila mengalami al-qari’ah itu. (Al-Quran Indonesia). (Juniardi)