Lampung Utara (SL) – Karang Taruna Desa Skipi Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara memroduksi film bergenre tradisi masyarakat adat Semende.
Saat awak media ini melihat secara langsung proses produksi film yang mengambil judul “Nasib Tunggu Tubang”, Senin, (17/9), tampak sejumlah crew dan awak produksi begitu mendalami peran dari naskah berbahasa daerah Semende yang diarahkan sutradara Agus Setiawan.
Sebuah rumah panggung khas milik masyarakat adat Semende di Desa Skipi dijadikan salah satu lokasi shooting produksi film yang berdurasi 120 menit.
Pada sesi tersebut, tampak sebuah keluarga sedang dalam situasi konflik. Konflik dalam film “Nasib Tunggu Tubang”, yang dimotori Karang Taruna Desa Skipi ini bermula dari adanya hubungan asmara sepasang kekasih. Seorang pemuda sedang sedang menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis yang kelak berstatus sebagai Tunggu Tubang. Demi menjaga norma dan nilai luhur adat istiadat dari kebudayaan masyarakat Semende, orang tua gadis penunggu tubang tidak menyetujui hubungan mereka.
Ketua Karang Taruna Desa Skipi, Anton, mengatakan, tim kreatif dan awak produksi film tradisional ini merupakan warga Desa Skipi Kecamatan Abung Tinggi Kab. Lampung Utara, dengan dibantu crew yang berasal dari Pagaralam Lahat Sumatera Selatan, dan Tanggamus.
“Produksi film bergenre tradisi masyarakat adat Semende ini menyajikan nilai luhur adat istiadat yang harus terus dijaga demi identitas dan jati diri pemuda di Lampung Utara pada khususnya,” jelas Anton, saat diwawancarai usai pengambilan gambar di lokasi, Senin, (17/9).
Dikatakannya, Tunggu Tubang dalam struktur masyarakat adat Semende merupakan hak menjaga pusaka keluarga dan mengurus orang tuanya.
“Sudah menjadi ketetapan adat Semende jika yang menjabat sebagai Tunggu Tubang adalah anak perempuan tertua. Meskipun ia mempunyai banyak kakak laki-laki bahkan kendatipun ia merupakan anak terkecil dan satu-satunya anak perempuan. Perempuan tertua dalam adat Semende mempunyai kewajiban untuk tidak meninggalkan rumah keluarga,” tutur Anton.
Dijelaskannya, hasil akhir dari produksi film tradisi “Nasib Tunggu Tubang” akan disebarluaskan melalui Channel Youtube Layar Oblong, yang merupakan komunitas film independen asal Pekon Gunung Mega, Kec. Pulau Panggung, Kab. Tanggamus yang dikoordinir oleh Agus Setiawan.
“Seseorang wanita Semende berhak menyandang status sebagai Tunggu Tubang ketika telah menikah. Kelak, ini akan melekat pada suami isteri,” papar Anton.
Lebih lanjut dipaparkan Anton, filosofi yang digambarkan dalam film ini menyiratkan tugas menjaga pusaka keluarga dan mengurus orang tua merupakan suatu kehormatan bagi Tunggu Tubang.
“Orang tua telah mendidik, mengasuh, dan menyekolahkan sejak kecil hingga dewasa. Karena itulah, hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi Tunggu Tubang untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya pada hari tua mereka,” papar Anton. (ardi)