BANDARLAMPUNG – Kenaikan harga beras di Lampung diprediksi akan terus terjadi, bukan semata didorong oleh naiknya harga gabah secara simultan sejak 2022 lalu, tetapi juga ditingkahi oleh aksi borong beras oleh spekulan dan perusahaan besar.
Para spekulan dan perusahaan besar tersebut ramai-ramai mengincar stok beras yang dimiliki penggilingan dan petani dalam jumlah besar.
Seorang spekulan yang mengaku dari Jakarta, kepada media ini baru saja meminta beras eks Bulog sebanyak 200 ton. “Kalau ada kami beli tunai. Kalau bisa beras beras LN,” katanya, Kamis (7/9/2023).
Sementara seorang pedagang (pengepul) beras di Rawajitu Utara, Mesuji, mengatakan tidak memiliki stok beras lagi.
“Banyak pembeli yang memborong, bukan cuma pedagang tetapi banyak juga dari perusahaan perkebunan, dari Wilmar,” katanya.
Akibatnya aksi borong itu, harga beras di tingkat pengepul di Rawajitu Utara kini telah mencapai Rp11.600/kg dan berpotensi naik pada pekan depan.
“Ya sangat mungkin naik, tak ada barang di sini,” katanya.
Pemerintah Daerah di Lampung sebaiknya memberikan perhatian pada fenomena kenaikan harga beras ini. Sebab, faktor Pemilu 2024 dipastikan akan ikut mendorong harga beras naik lebih tinggi lagi.
Pada tahun politik ini beras bakal banyak diborong oleh peserta Pemilu untuk digunakan sebagai alat kampanye oleh para peserta Pemilu.
Diketahui, peersoalan makin mahalnya harga beras sudah dibahas di Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Senin (4/9/2023). Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Presiden RI.
Hasilnya, Mendagri Tito Karnavian meminta pemerintah daerah memberikan atensi terhadap fenomena kenaikan harga beras, dimana berdasarkan hasil Survei Badan Pusat Statistik (BPS).telah terjadi di 86 kota dari 90 kota yang disurvei.
Diakui pula bahwa kenaikan harga beras juga menjadi salah satu penyumbang inflasi yang tercatat secara Year On Year (yoy) pada Agustus 2023 sebesar 3,27 persen.
Mendagri juga menjelaskan bahwa Pemerintah Pusat akan terus memperkuat Cadangan Beras terutama mlalui Bulog.
Kementerian Pertanian juga diarahkan agar betul-betul mendata daerah-daerah yang hasil produksi panennya masih surplus dan langkah lain yang efektif dilakukan, seperti impor.
Khusus impor, Tito menjelaskan perlu rapat khusus di tingat pusat. Sebab untuk melakukan impor saat ini perlu ‘perjuangan’ lantaran negara sahabat penghasil beras juga bertahan dan menyimpan cadangan berasnya selama menghadapi kemarau panjang (Elnino).(IWA)