Oleh: Ilwadi Perkasa
ADA yang menarik pada acara pelantikan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Badan Narkotika Maksiat (BNM) Kota Bandarlampung di Gedung PKK, Rabu (21/8) lalu.
Saat memberikan sambutan, Walikota Herman HN sibuk menanyakan keberadaan istrinya, Eva Dwiana, kepada ajudan istrinya. “Mana…coba hubungi dulu. Kalau sudah selesai, cepat ke sini,” cetus Herman yang belakangan dikasih tahu kalau Eva sedang menerima kedatangan istri Wakapolda Lampung di Gedung PKK.
Lantas Herman berkata, “Saya tidak maksa dia (Eva) maju ya. Ini bukan kampanye,” kata Herman bercanda.
Pernyataan Herman bahwa ia tidak memaksa istri maju pada Pilwako, tentu mungkin-mungkin saja. Namun dari gimik politik yang dimainkan Herman HN akhir-akhir ini, jelas ia sangat ingin Eva melanjutkan kepemimpinannya.
Gimik politik Herman itu mudah terbaca, bahkan masif menyeruak ke ruang-ruang publik dan berbagai acara. Gambar Herman dan Eva ada di mana-mana, ada di Puskes, sekolahan, kantor kecamatan, kelurahan, hingga tepi jalan.
Kini, tak ada lagi tampak gambar pasangan Herman HN dengan wakilnya M Yusuf Kohar yang seperti kita tahu sudah lama action sendirian.
Kota kini dijejali spanduk bergambar Herman dan Eva, lagi gandengan, mirip gambar pasangan para sultan atau raja dan permaisuri negeri jiran, Diraja Malaysia.
Herman pun makin sering membawa Eva pada hampir seluruh kegiatan pemerintahan. Mereka duduk berdampingan tanpa kehadiran wakil walikota yang disebut-sebut akan menjadi pesaing berat Eva Dwiana pada pilwako 2020 nanti.
Harus diakui, Eva punya kans besar untuk berjaya pada pilwako Bandarlampung nanti. Bukan cuma karena Eva istri petahana yang dikenal sukses membangun banyak flyover dan memberikan perhatian besar pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Bukankah Eva adalah sosok fenomenal. Ia pernah menjadi news maker saat mengumumkan pemunduran dirinya dari Ketua Partai Demokrat Kota Bandarlampung, persis menjelang Pilgub Lampung 2014 lalu.
Eva juga dikenal punya hubungan sangat dekat dengan emak-emak yang aktif di kelompok pengajian Rahmat Hidayat. Emak-emak sangat mencintainya, dan pasti datang berduyun-duyung dengan kerudung putih ke Masjid Al Furqun. Emak-emak inilah portofolio utama yang memberikan suara paling banyak untuk Eva pada pemilu lalu.
Sekali lagi, Eva memang luar biasa. Tapi ia juga bisa menjadi beban Sang Walikota. Mungkinkah Herman mampu “menggendong” Eva ke mana-mana?. ***
Penulis adalah wartawan senior