
Bandarlampung (SL)-Pernyataan Ketua DPD II Partai Golkar Bandar Lampung Yuhadi tentang jengkol anggota DPRD Kota yang diperolehnya pada Pileg 2014 lalu seharga Rp1 miliar seraya menantang wartawan berduel menuai tanggapan negatif dari berbagai lapisan masyarakat.
Ucapan Ketua Partai Golkar Bandar Lampung, itu dianggap hal yang memalukan, arogan dan tidak baik. Apalagi selama ini karier Yuhadi (menanjak) juga banyak dibantu wartawan.
Menanggapi itu, Yuhadi kepada salah satu wartawan mempertanyakan kesalahan dari pernyataannya yang menyinggung wartawan. Yuhadi berharap pernyataannya tidak dibesar-besarkan. “Emang ada buktinya soal ucapan menantang wartawan? Kalau jengkol Rp1 miliar iya. Tolonglah jangan dibesar-besarkan. Saya mau yasinin 40 hari 40 malam kalau masih (berlanjut). Kita lihat nanti hasilnya,” ancam Yuhadi.
Pemantauan di kantor DPRD, Jumat (3/11/2017) siang, Ketua Fraksi Golkar itu tidak menghadiri rapat paripurna di DPRD setempat.
Diketahui pada sidak bersama jajaran Komisi III Kamis (2/11/2017) lalu, Yuhadi sempat menghardik sejumlah wartawan yang meliput sidak dengan kalimat terkesan menantang dan bernada tinggi.
Kemarahan Yuhadi disebabkan pernyataan yang dimuat di beberapa media terkait kata-kata “besi banci” (besi non-SNI) pada pembangunan proyek flyover MBK. Yuhadi mengaku tidak pernah melontarkan pernyataan penggunaan besi banci pada proyek flyover MBK. “Mahal jengkol gua ini. Satu miliar lebih guakeluar duit jadi Dewan ini. Berantem juga gua ini mau. Gua juga preman,” kata Yuhadi.
Dia meminta sebelum memberitakan, wartawan memahami konteks dan pengetahuan mengenai konstruksi, sehingga apa yang ditulis, dan diangkat di pemberitaan tidak membuatnya malu.
“Namanya besi ukuran 13 ke atas gak ada besi banci (non-SNI) , kalau ukuran 13 ke bawah itu ada. Gini-gini gua mantan kontraktor, malu gua sebagai anggota Dewan, kalau komentar besi banci. Mana ada flyover pakai besi banci,” kata dia.
Akibat pernyataannya harga jengkol Rp1 miliar dan berantem juga gua mau dari wakil rakyat itu sontak mengundang kritik banyak pihak. (lp/lan/nt)