Anomali Perberasan di Provinsi Peraih Penghargaan Abdi Tani: Stok Diklaim Cukup Tapi Harga Naik Terus
Oleh: Ilwadi Perkasa*
HARGA beras di Provinsi Lampung terus menunjukkan tren kenaikan, bahkan diprediksi berpotensi berlanjut akibat dampak Elnino (kekeringan) yang telah berdampak terjadinya gagal panen di berbagai wilayah. Tren kenaikan harga itu dapat disimak dalam Laporan berkala BPS Lampung dan pantauan harga beras eceran di pasar yang kini terasa mahal.
Dibalik tren kenaikan harga beras tersebut, ada semacam anomali yang patut diungkap di sini, yakni klaim Pemprov Lampung yang menyebutkan stok gabah dan beras hasil produksi di provinsi ini melebihi kebutuhan masyarakat. Tetapi harga beras naik dan mahal.
Dikutip dari https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/09/05/stok-berlimpah-tapi-harga-beras-di-lampung-naik, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi memaparkan, stok ketersediaan beras di Lampung per September 2023 sebanyak 175.236 ton. Adapun kebutuhan konsumsi beras masyarakat Lampung hanya sebanyak 68.681 ton. Itu berarti stok beras per September 2023 dua kali lipat lebih dari kebutuhan konsumsi beras masyarakat. Berdasar data itu, seharusnya kenaikan harga beras tidak terjadi.
Herannya, sejauh ini belum ada kebijakan ‘mengguyur’ beras murah ke pasar (operasi pasar). Pemprov Lampung, maupun pemerintah kabupaten/kota, bahkan Bulog Lampung masih terkesan santai.
Tanda-tanda akan ada pendistribusian beras kepada keluarga penerima manfaat sebanyak 10 kg, seperti yang diinstruksikan Presiden Joko Widodo juga belum dilakukan. Bahkan tidak menjadi pembicaraan serius pada Rapat Penanggulangan Dampak El Nino di Bandar Lampung, Selasa (5/9/2023).
Dalam rapat itu, gubernur fokus membicarakan upaya percepatan tanam untuk mengantisipasi dampak El Nino. Di rapat itu, Gubernur Arinal juga mengungkapkan optimismenya bahwa masih banyak area persawahan yang akan panen raya pada September hingga Desember 2023.
Optimistis gubernur tersebut, bahkan ditimpali embel-embel bahwa dengan adanya panen raya pada September-Desember yang katanya diperkirakan bisa menghasilkan sekitar 1 juta lebih GKP, maka Lampung akan turut menyumbangkan stok cadangan pangan daerah dan nasional.
Kritik untuk Gubernur Lampung dan Bulog yang ‘Sempoyongan’
Di dalam rapat itu, nyaris tidak terungkap apa strategi atau kebijakan khusus dan cepat yang akan dilakukan Pemprov Lampung untuk menahan kenaikan harga beras yang sebenarnya bukan dipicu oleh Elnino yang datang belakangan. Kenaikan harga beras, sesungguhnya sudah dipicu oleh terus meroketnya harga gabah dan beras yang nyaris terjadi sepanjang tahun ini (lihat laporan BPS).
Gubernur Arinal juga meminta Bulog untuk meningkatkan penyerapan padi/beras petani. Permintaan itu patut dikritisi karena hampir mustahil bisa dilakukan oleh Bulog Lampung.
Sebab, bukankah penyerapan gabah/beras petani oleh Bulog yang kini ‘terseok’ di sisi kinerja pengadaan telah diikat oleh Peraturan Badan Pangan Nasional RI No. 6 tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras yang terbit pada Maret 2023 lalu.(lihat tabel lampiran 1).
Dengan adanya peraturan itu, mustahil bagi Bulog menggenjot atau menggencarkan penyerapan/pengadaan lantaran harga gabah di tingkat petani/penggilingan nyatanya sudah di atas HPP.
Secara bisnis, Bulog tidak mungkin melakukan pembelian bila harga gabah/beras di atas HPP, kecuali HPP diubah atau ada kebijakan lain yang dapat melindungi Bulog dari pelanggaran dan kerugian.
Sebaiknya Gubernur Arinal perlu mengundang Perum Bulog Lampung untuk membicarakan hal ini secara khusus. Semoga dengan pertemuan itu bisa diperoleh data yang valid tentang kinerja penyerapan tahun ini dan stok gabah/beras yang dikuasai. *)Pemimpin Redaksi Sinarlampung.co