Bandar Lampung, sinarlampung.co-Pengantin baru, Adams Ferdiyanto (23) warga Kampung Baru, Labuhan Ratu, Bandar Lampung bersama rekannya Ari, terjaring rajia Tim Satnarkoba Polres Pesawaran, pada Jumat, 14 Juni 2024, malam. Keesokannya, Adams Tewas di RS Bhayangkara Polda Lampung, karena diduga menelan paket sabu 2,5 gram yang dibawa rekannya.
Adams Ferdiyanto mengalami kejang-kejang lalu muntah darah dan tidak tertolong. Adams baru menikah pada tahun 2023. Adams sempat mengaku dipaksa oleh temannya untuk menelan sabu saat mobil yang dikendarainya dihentikan polisi yang sedang melakukan razia.
“Adams dan temannya, Ari, sedang dalam perjalanan dari Tegineneng, Kabupaten Pesawaran menuju Bandar Lampung, pada Jumat 14 Juni 2024. Dijalan mereka dihentikan oleh polisi yang sedang melakukan razia,” kata Nurhayati (47), Ibu kandung Adams.
Melihat Polisi, Ari yang panik kemudian mengeluarkan satu paket kecil sabu seberat 2,5 gram dari sakunya dan memaksa Adams untuk menelannya. Setelah menelan sabu, Adams kemudian memberitahukan hal tersebut kepada polisi.
Mereka kemudian dibawa ke Polres Pesawaran, karena kondisi Adams memburuk, Adams dirujuk ke RS Bhayangkara Polda Lampung. Di rumah sakit, kondisi Adams semakin parah karena penyumbatan pada saluran pencernaan akibat menelan paket plastik berisi sabu.
Nurhayati mengatakan dia tahu soal Adams, setelah ditelpon anak menantu yang memberitahukan jika Adams bersama Ari di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda Lampung. “Saat di RS Bhayangkara anak saya menangis memeluk saya,” kata Nurhayati.
Menurut Nurhayati, Anaknya menangis dan minta maaf kepadanya. “Anak saya sebelum meninggal bilang ke saya, maafin saya dan bukan kesalahan saya,” ucapnya.
Nurhayati mengungkapkan, sebelum meninggal dunia, putranya sempat menceritakan kejadian yang dialaminya. Adams diajak ke wilayah Tegineneng, Kabupaten Pesawaran oleh Ari yang diketahui merupakan residivis.
“Jadi anak saya itu diajak ke Tegineneng sama Ari orang sekitar sini juga. Pada saat di perjalanan, polisi mencegat dan Ari panik. Dia mengeluarkan barang diduga sabu dari sakunya, lalu Ari meminta anak saya untuk menelan sabu tersebut,” ujar Nurhayati.
Nurhayati meminta pihak penegak hukum untuk memberikan hukuman seberat-beratnya kepada Ari karena telah menyebabkan putranya meninggal dunia. “Saya minta keadilan, minta Ari dihukum seberat-berat mungkin seperti anak saya tidak ada selama-lamanya,” ucap Nurhayati.
Saat ini, Ari yang merupakan residivis kasus narkoba telah ditahan oleh Polres Pesawaran dalam perkara kepemilikan sabu-sabu seberat 2,5 gram yang ditelan korban
Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Umi Fadilah Astutik memastikan Adams merupakan adalah tangkapan Polres Pesawaran. Pria itu tewas diduga karena menelan sabu.
“Usai ditangkap tiba-tiba kesakitan yang di duga menelan narkoba jenis sabu lalu petugas membawanya ke RS Bhayangkara. Sebelum meninggal, petugas sempat membawa AF ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan penanganan medis. Kepolisian sudah melakukan rontgen untuk memastikan kondisi AF,” kata Umi, Jumat, 5 Juli 2024.
Dari hasil rontgen, ujar Umi, polisi menemukan plastik di duga berisi sabu di tubuh AF. Polisi berencana untuk mengeluarkan barang tersebut dengan melakukan operasi. Namun sebelum tindakan medis terlaksana, nyawa AF tidak tertolong. “Sebelum meninggal, yang bersangkutan sempat ketemu keluarganya dan menyampaikan bahwa dia memang menelan sabu,” kata dia.
Orang tua korban, Nurhayati mengungkapkan, baru mendapat pemberitahuan penangkapan AF pada Sabtu, 15 Juni 2024, pukul 09.00 WIB. Korban berada di RS Bhayangkara masih hidup dalam keadaan terborgol.
Saat ia menemui AF, anaknya mengaku kelaparan. Kepada sang ibu, AF menceritakan kejadian yang ia alaminya. AF pun mengatakan kepada ibunya akan menjalani operasi. “AF cerita sama saya dia dipaksa ikut oleh Ari (residivis) pergi naik mobil sebelum akhirnya tertangkap polisi di wilayah Tegineneng,” kata dia, Kamis, 4 Juli 2024.
Ari adalah warga yang tinggal tidak jauh dari rumahnya dan pernah masuk bui karena narkoba. Menurutnya, Ari memaksa AF menelan sabu miliknya untuk menghindari polisi.
Saat di RS Bhayangkara kondisi AF semakin buruk. Tubuh AF pun tiba-tiba kejang-kejang di rumah sakit dan meninggal dunia. “Saat saya ke rumah sakit, dia belum mendapatkan penanganan masih di biarkan berdiri dengan tangan terborgol,” kata dia. (Red)