Labuhan Ratu (SL)-Kematian aparatur sipil negara (ASN) TU Kejaksaan Negeri (Kejari) Labuhanbatu, Sumatera Utara, Taufik Hidayat Simanungkalit yang ditemuka di parit pembuangan kotoran sapi di Jalan Sukarela, Gang Sena, Desa Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Selasa 22 September 2020 malam lalu, adalah akibat penganiayaan. Polisi membongkar makam dan mengautopsi jasad korban. Hasilnya, Taufik korban pembunuhan, bukan bunuh diri.
Informasi di lokasi kejadian menyebutkan, sebelumnya, mayat korban ditemukan di parit pembuangan kotoran sapi Jalan Sukarela Gang Sena, Desa Bandarsetia Kecamatan Percut Seituan Deliserdang. Awalnya beredar kabar tewas akibat bunuh diri. Keluarga tidak mencurigai adanya kejanggalan, dan kemudian jenazah korban dimakamkan di TPU Muslim Kayu Besar Jalan Thamrin Medan, mediao 23 September 2020.
Namun setelah dilakukan penyelidikan, banyak ditemukan kejanggalan. Muhammad Nuh Hareko, kakak Taufik sempat datang ke TKP ingin melihat kondisi korban, namun saat itu tidak diizinkan warga, dankorban sudah dalam kondisi tertutup kain. Warga meminta agar segera dibawa ke rumahnya.
Pada saat dilihat oleh keluarga jenazah dalam kondisi memar bekas luka di wajah dan badan, lebam biru di bagian dada, pergelangan tangan, kaki dan dari hidung terus keluar darah mulai ditemukan sampai dikuburkan keesokan harinya.
Lalu padaa Kamis 24 September 2020, Muhammad Nuh Hareko mendapat informasi dari warga sekitar lokasi kejadian bahwa korban meninggal karena tindakan kekerasan yang diduga dilakukan masyarakat di sekitar lokasi kejadian.
Warga menyebuta sempat melihat Taufik terlibat pertengkaran dengan seorang warga setempat kemudian terjadi perkelahian. Lalu warga lain marah dan mengikat kaki serta tangan korban. Korban dipukuli dan pada saat itu banyak yang melihat kejadian. Mendapat kabar itu, Muhammad Nuh Hareko membuat laporan polisi terkait tindak kekerasan.
Dari hasil penyelidikan kepolisian petugas sudah menangkap warga diduga sebagai pelaku kekerasan. Kemudian melakukan autopsi jasad Taufik Hidayat Sabtu 3 Oktober 2020, dan ditemukan beberapa bukti baru. Dan berdasarkan informasi dari kepolisian bahwa tim forensik menemukan gumpalan darah di bagian kepala sebelah kiri, dada, pipi kiri, dan lumpur di bagian pernapasan dan lambung.
Dokter forensik menyimpulkan meninggal karena gagal pernapasan, dan ditemukan fakta banyak terdapat tanda tanda kekerasan terhadap almarhum.
Kapolsek Percut Seituan AKP Ricky Pripurna Atmaja mengatakan, pembongkaran makam dilakukan karena ada indikasi korban dianiaya sebelum meninggal dunia. Penyebab korban meninggal sendiri akibat gagal pernapasan karena hasil autopsi ada lumpur di saluran pernafasan dan pencernaan.
“Sesuai fakta-fakta yang dilihat, ada gumpalan darah di kepala bagian kiri, dada, pipi sebelah kiri dan lumpur di saluran pernapasan serta lambung. Dari keterangan dokter (forensik), korban meninggal karena gagalnya saluran pernapasan,” ujar Ricky usai melakukan autopsi jenazah korban di lokasi pemakaman.
Kata Ricky, dalam kasus tersebut pihaknya sudah menahan satu orang tersangka. Dan ada sejumlah orang ditetapkan tersangka dan sedang diburu. “Sudah ada satu orang kami tahan dan statusnya tersangka. Ada beberapa orang dan identitasnya sudah diketahui, mereka kami tetapkan tersangka dan saat ini dalam pengejaran,” ungkapnya.
Menurut Ricky, keterlibatan seorang tersangka yang saat ini sudah ditahan adalah yang ikut melakukan penganiayaan. Dan mengimbau kepada orang yang terlibat pada kasus tersebut segera menyerahkan diri. “Tersangka itu berperan menganiaya korban, sehingga meninggal dunia. Ke mana pun para pelaku lari, kami kejar. Kami imbau agar mereka segera menyerahkan diri sebelum kami tindak tegas,” katanya.
Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) mengapresiasi kinerja kepolisian yang telah menangkap pembunuh Taufiq Hidayat, ASN pada Kejaksaan Negeri (Kejari) Labuhanbatu. Korban sebelumnya ditemukan tewas di Desa Bandarsetia, Kecamatan Percut Seituan, Selasa (22/9) lalu.
“Kami apresiasi pihak kepolisian dan juga berharap agar penyidik bersikap profesional untuk membuat terang peristiwa yang terjadi sehingga peristiwa ini bisa terungkap secara jelas,” kata Pelaksana Harian (Plh) Kasi Penkum Kajatisu, Karya Graham.
Malam saat kejadian menurut saksi mata, korban yang kemudian diketahui seorang ASN di Kejaksaan Negeri (Kejari) Labuhan Batu, Taufik Hidayat Simanungkalit lari ketakutan seperti orang gila. Dan keesokannya korban ditemukan tewas dalam parit pembuangan kotoran sapi.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Labuhanbatu, Kumedi, juga tak menduga anak buahnya Taufik Hidayat meninggal dunia karena karena dibunuh. Pasalnya, korban dalaam kesehariannya dikenal pendiam dan tak banyak bicara. “Jujur, saya sendiri masih belum percaya kalau Taufik Hidayat itu meninggal dunia karena dikeroyok,” kata Kajari, di Medan, Sabtu 3 Oktober 2020 malam.
Menurut Kumedi, Taufik juga dianggap memiliki pribadi yang baik dan tidak terlalu banyak bicara. Sehari hari aadaalaah staf bagian TU. “Tidak banyak bicara, dia itu pendiam. Diakan bagian TU, bukan jaksa. Namun walaupun begitu dia tetaplah bawahan saya, dan saya tahu dia,” kata Kumedi.
Kumedi mengatakaan bahwa bawahannya itu juga memiliki hak untuk kasusnya diusut hingga tuntas. Karena menurutnya kepergian bawahannya dikatakan tidak wajar. “Apalagi dia meninggalnya tidak wajar, dan bisa dibilang kontroversial. Mengapa, karena kita lihat dari pertama kali ditemukan, dia dinyatakan seperti orang gila lari-lari. Namun setelah itu dia matinya di kubangan kotoran sapi. Itukan sangat tidak wajar,” katanya.
Kumedi menceritakan korban sebelumnya memang memiliki sakit, hingga sering izin untuk pulang ke Medan. “Dia sering izin sama saya, dia izin mau berobat ke Medan. Namun sampai saat ini saya tidak begitu paham penyakit apa yang dideritanya,” ujarnya.
Awalnya ditemukan keluarga almarhum menduga karena sakit dan kecelakaan, sehingga menjadi pertimbangan keluarga korban tidak melakukan autopsi. Namun setelah dilakukan penyelidikan, banyak ditemukan kejanggalan. “Awalnya keluarga korban sempat tak ingin melakukan autopsi dan langsung meminta untuk langsung dimakamkan,” katanya.
Namun, atas arahan Tim Kajari dan hasil penyelidikan dari kepolisian, terdapat seperti luka tusuk di wajah korban. Sehingga keluarga meminta untuk dilakukan autopsi agar kejadian itu menjadi terang benderang. “Saya malah menduka pelaku pengeroyokan ini lebih dari lima orang, sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia,” katanya. (Red)