Bandar Lampung (SL)-Persatuan Wartawan Indonesi (PWI) Lampung menggelar acara pekan Tjindarboemi, perhelatan tahunan yang ditutup dengan penganugrahan kepada tokoh masyarakat yang menginspirasi, dan kiprahnya serta perannya dalam ikut memajukan pers di Lampung.
Ketua Panitia Sepekan Tjindarboemi Wira Hadikusuma, mengatakan selama sepekan Tjindarboemi, dimulai Senin, tanggal 18 November 2019 dengan dua seminar, tentang pertanian Lampung, lalu Seminar UMKM, dilanjutkan kegiatan Safari Jurnalistik 2019 bersama PI Pusat, UKW, dan penganugrahan tokoh. “Khusus untuk penganugrahan tokoh, dibentuk Tim 7, yang dikedalikan Bang Juniardi, termasuk masing masing kegiatan juga dipimpin penanggung jawab,” katanya.
Khusus untuk tokoh tokoh yang mendapat penghargaan, kata Wira, Tim 7 yang bekerja ekstra dengan menyaring tokoh tokoh sesuai katagori, mulai dari Tokoh Birokrasi atau kepala daerah, Tokoh Akademisi, Tokoh Budayawan, pendidikan, dan lain lain. “Tim 7 menyaring hingga vinal muncul nama nama itu,” katanya.
Ketua Tim 7, Juniardi, menyatakan proses penjaringan awal muncul lebih dari 50 nama dari berbagai kalangan, termasuk nama Walikota Bandar Lampung Herman HN, Gubernur Lampung, Akademis Doktor Edi Rivai, Syarif Makhya, Budayawan Ari Pahala Hutabarat, Isbedi Setiawan, ada juga sosok Guru Pulau Tabuan, dan banyak lagi.
“Dari sekian banyak itu kemudian dilakukan penialian, hingga akhirnya muncul 13 nama. Dan kita serahkan ke PWI Provinsi untuk di tetapkan,” kata Waka Bidang Pembelaan wartawan itu, didampingi Tim Senin, Hj Ratna Minangsari, Syahroni Yusuf, Taufik Wijaya, dan Adolf Hidayatullah.
Sertu Zulkarnaen
Pada musim kemarau, biasanya para peternak mengeluh karena rerumputan mengering. Namun saat ini tidak lagi. Ini atas temuan yang dilakukan Anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil 421-07/Sidomulyo, Lampung Selatan. Ia berinovasi menerapkan teknologi pakan ternak alternatif dengan teknologi fermentasi berbahan baku sampah atau dedaunan kering. Selain irit dan mudah dibuat sendiri, pakan ternak alternatif ini diklaim mampu bertahan hingga berbulan-bulan bahkan hingga satu tahun.
Sehingga peternak tidak lagi khawatir dengan kelangkaan pakan hijau di kala musim kemarau tiba. Dia adalah Sertu Zulkarnaen, Warga Desa Sidorejo Kec Sidomulyo, Lampung Selatan, yang sehari hari berugas di Koramil Jatimulyo. Pria kelahiran Indrapura Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara, 25 September 1969 itu hidup bersama Kritina Susanta, dan 7 orang anak (4 laki laki dan 3 perempuan), dan atas kreatifitasnya diberi anugerah Tjindarboemi dari PWI Provinsi Lampung sebagai Tokoh Inovator Pakan Fermentasi.
Hila Hambala
Sosok satu ini adalah seorang seniman. Selain pencipta, ia juga penyanyi lagu Lampung. Ia mulai rekaman sejak tahun 1979. Menciptakan sekitar 150 judul lagu Lampung, dan sudah memiliki kaset audio sembilan, dan album VCD atau vidio sebanyak 8 album. Ada tiga versi musik yang ia geluti, yakni klasik gitar, gambus dan remik Lampung. Hila Hambala, lahir tanggal 11 Agustus 1961, warga Desa Baturaja, Kecamatan Waylima, Kabupaten Pesawaran, Dia diberi anugerah Tjindarboemi dari PWI Provinsi Lampung sebagai Tokoh Seni Tradisional Lampung
K.H. M. Arief Mahya
Masyarakat Lampung pasti mengenal sosok satu ini. Selain sudah melahirkan putra yang menasional, kiprah beliau sudah tidak diragukan lagi. Beliau dilahirkan dari keluarga petani lada di Desa Gedungasin, Liwa, Lampung Barat, 93 tahun lalu. Selepas sekolah kala itu, jiwa sosialnya sudah muncul yakni mendirikan sekolah di Talangparis, Lampung Barat. Sekolah ini hanya bertahan satu tahun karena dibubarkan penjajah Jepang.
Hingga kini meski sudah sepuh dengan usia 94 tahun, jiwa sosialnya tidak memudar, dan masih aktif menulis opini melalui media massa tulisannya menyikapi kondisi sosial terkini maupun keagamaan. Selain sebagai veteran, ia juga pernah menjadi jurnalis.
Dia K.H. M. Arief Mahya, lahir di Gedungasin, Liwa, Lampung Barat 6 Juni 1926, istrinya H. Mas Amah (alm), dengan delapan anak yaitu Hilyati, H. Istamar Arief, S.H., M.B.A, H. Erna Pilih, S.H, H. Prisrita, S.Pd., M.M, Dr. H. Eddy Irawan Arief, S.E., M.Sc, H. Neli Aida, M.Si, Septy Aprilia, M.Pd, dan Andi Arief, S.I.P. Arief Mahya diberi anugerah Tjindarboemi dari PWI Provinsi Lampung sebagai Tokoh Masyarakat yang Konsisten dalam Sosial dan Keagamaan
Uniroh
Sebelum tahun 2016, anak-anak di Pulau Tegal Kabupaten Pesawaran tidak bisa menikmati pendidikan. Apalagi di Pulau Tegal, di sana belum ada sekolah formal. Atas perjuangan sosok yang satu ini, pulau yang memiliki luas 38 hektar didiami 33 kepala keluarga (KK), 127 jiwa tersebut kini sudah ada kelompok belajar.
Pada September 2016, sosok ini membentuk Sukarelawan Peduli Pendidikan Pulau Tegal (SP3T). Tahun 2018, diubah menjadi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Pesona Pulau Tegal. Kini anak di Pulau Tegal, bisa bersekolah formal, Paket A (setara SD) dan Paket B (setara SMP).
Dia adalah Uniroh, lahir di Bandar Lampung 5 Juli 1967, istri dari Prof. DR. Cucu Sutarsyah, M.A, warga Jalan Raden Imba Kesuma Ratu, Gg. Agries, Kemiling, Bandar Lampung. Kini dikaruniai tiga orang anak, mereka Drg. Amalia Trisnaningtiyas (Sedang Ambil Spesialis di UGM), Anisa Utami S.I.P. M.IP (Dosen Fisip Unila), Astari Etty Nurcahyani Mahasiswa Semester Ahir Desain Interior ITB, Ayi Akhmad Ahdiyat Mahasiswa Tehnik Mesin di Universitas Brawijaya. Dia diberi anugerah Tjindarboemi dari PWI Provinsi Lampung sebagai Tokoh Penggapai Mimpi Anak-Anak Pulau Tegal.
Iptu Anis alias Pak Uban
Dedikasi, loyalitas dan tanggung jawab wajib dimiliki oleh anggota Polri. Namun, tidak semua polisi mampu melaksanakan tugas sebagai pengayom dan pelindung masyarakat dengan maksimal dan tak berbatas waktu. Polisi berambut putih itu akrab disaba warga Bandar Lampung dengan panggilan Pak Uban. Dia memang terkenal rajin dan tanggap saat melaksanakan tugasnya, pasca sekolah kini menjabat Kepala Unit Pengaturan Penjagaan Pengawalan dan Patroli (Kanit Turjawali) Satlantas Polresta Bandarlampung.
Meski tak muda lagi, polisi berusia 56 tahun itu seolah tidak mengenal lelah dan waktu saat mengurai kemacetan di Kota Tapis Berseri ini. Ia melaksanakan tugasnya sejak pagi hingga malam hari. Tidak hanya mengatur arus lalu lintas, pria kelahiran Medan 19 September 1962 itu juga selalu hadir ketika terjadi bencana banjir maupun longsor yang terjadi di beberapa wilayah di Bandarlampung.
Iptu Muhammad Anis, Kepala Unit Pengaturan Penjagaan Pengawalan dan Patroli (Kanit Turjawali) Satlantas Polresta Bandarlampung. Beliau diberi anugerah Tjindarboemi dari PWI Provinsi Lampung sebagai Tokoh Penegak Disiplin Berlalu Lintas.
Birokrat Penerima Tjindarboemi Award 2019
Adapun Penghargaan Tjindarboemi 2019 ini diberikan untuk kategori Birokrat atau Kepala Daerah diberikan kepada Raden Adipati Surya sebagai Kepala Daerah Peduli Lingkungan, Dendi Ramadhona sebagai Kepala Daerah Pembangkit Komoditi Coklat Lampung.
Lalu Umar Ahmad sebagai Kepala Daerah Inovator Kearifan Lokal dan Budaya, Parosil Mabsus sebagai Kepala Daerah Pembangkit Komoditi Andalan Lampung, Dewi Handayani sebagai Kepala Daerah Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Winarti sebagai Kepala Daerah Penggerak Pembangunan Bersama Masyarakat, dan Loekman Djoyosoemarto sebagai Kepala Daerah Peduli Pengentasan Stunting, dan Prof M. Yusuf S. Barusman sebagai satu-satunya Akademisi Peduli Peningkatan SDM, Profesor Manajemen di Lampung.
Penganugerahan Tjindarboemi diserahkan oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi didampingi Ketua Umum PWI Atal S. Depari dan Ketua PWI Lampung Supriyadi Alfian, di Woodstairs Cafe, Bandarlampung, Kamis (21/11/2019) malam.
Dalam sambutannya, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengajak pers dan media turut berkarya dan berprestasi dalam pembangunan daerah. “Anugerah Tjindarboemi 2019 diharapkan mampu memotivasi untuk lebih berkarya, meraih prestasi, serta mengabdikan diri kepada masyarakat untuk mewujudkan rakyat Lampung berjaya,” ujarnya.
Arinal berharap PWI Lampung bersama seluruh insan pers dapat terus memberikan konstribusi positif bagi pembangunan. “Hal tersebut juga tidak terlepas dari peran penting media sesuai dengan fungsinya sebagai kontrol sosial dan membentuk opini publik. Media dan pemerintah harus bersama-sama dan bersinergi dalam melaksanaan pembangunan,” ucapnya.
Menurut Arinal, media berkembang sangat pesat, terutama media siber atau online. Hal ini membuat informasi atau setiap berita dengan mudah dan cepat tersebar secara luas di masyarakat. “Termasuk berita-berita negatif dan hoaks. Karena itu, saya mendukung berbagai upaya dalam usaha meningkatkan kualitas media,” pungkasnya.
Ketua Umum PWI Atal S. Depari mengatakan penganugerahan Tjindarboemi merupakan salah satu bentuk kepedulian pers terhadap pembangunan. “Salah satu pekerjaan pers adalah mengkritik. Untuk itu, saya ucapkan selamat kepada Bapak dan Ibu yang menerima anugerah Tjindarboemi. Penghargaan ini bukanlah penghargaan sembarangan, tetapi sudah melalui penilaian tim khusus,” katanya.
Ketua PWI Provinsi Lampung Supriyadi Alfian menjelaskan malam anugerah Tjindarboemi merupakan rangkaian kegiatan Pekan Tjindarboemi yang dilaksanakan selama sepekan penuh yakni 18-23 November 2019. “Adapun rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan pada tanggal 18-20 November, di antaranya seminar membangkitkan kejayaan komoditi andalan perkebunan Lampung, seminar menggelorakan kemandirian UMKM dan seminar pendidikan,” jelas Supriyadi. (joe/red)