Bandarlampung (SL) – Oknum Petugas Pol PP Kota Bandarlampung mendatangi lokasi salah satu penjual barang meubeler di jalan Sultan Ageng Tirtayasa. Anehnya mereka datang berdalih melanggar Perda kota Bandarlampung karena memasang tarub dilokasi berjualan.
Dua oknum Pol PP AS dan JR yang datang ke lokasi Toko meubeler alat rumah tangga itu meminta pedagang “berkoordinasi” dengan meteka karena telah menggunakan halaman gedung usaha mebel untuk melakukan promosi dengan memajang sejumlah barang seperti kursi, tempat tidur serta lemari yang sedang diberikan diskon hingga 70 persen.
Kordiansi yang dimaksud oknum Pol PP itu adalab menawarkan pembayaran dengan cara bisa bayar resmi atau bisa tidak resmi. Cara tidak resmi adalah oknum itu akan membantu kepengurusannya. “Kita bantu dengan koordinasikan dengan pimpinan,” kata oknum Pol PP.
Dan dengan catatan jika tidak diurus maka tenda promosi yang ada didepan Gedung Mebel ini terancam dibongkar oleh Pol PP Kota Bandarlampung.
Dony Irawan, Pemilik Gedung yang ada di Jalan Sultan Ageng Tirtayasa Bandar Lampung itu, merasa kebertan dan kecewa dengan ulah oknum Sat POL PP tersebut. Doni sempat dipertanyakan alasan apa menyuruh bongkar, dan bisa dibantu asal ada koordinasi dengan bayar tidak resmi melalui mereka.
Donny Irawan, yang juga mantan Anggota DPRD Lampung, itu menanyakan aturannya. namun tidak bisa dijawab oleh petiags Pol PP, “Saya tidak mengganggu trotoar dan tidak menggangu lahan jalan umum. Semua berdiri di dalam pekarangan kenapa harus mau dibongkar,” kata Donny, yang tidak mendapatkan jawaban dari oknum petugas Pol PP, dan akhirnya petugas tersebut pamit.
“Ini gaya gaya preman, kalo mau menertibkan semua jalur pertokoan tertibkan semua tidak ada pengecualian, Apalagi ada biaya koordinasi boleh resmi boleh tidak resmi ini namanya Pungli, saya mohon pak Walikota Bandarlampung untuk menertibkan ulah dua oknum Sat POL PP tersebut yang meresahkan pedagang,” kata Doni.
Doni, didampingi pengeloal mebel mengaku keberatan karena meteka tidak melanggar Perda. “Kenapa harus mau bongkar tarup kita, ini namanya semena-mena menakuti pedagang, gaya-gaya preman, mau main bongkar, kalo tidak mau di bongkar harus koordinasi dengan mereka,” katanya. (Rel/Eva)